Presiden Palestina Resmi Tunda Pemilihan Parlemen
HIDAYATUNA.COM, Ramallah – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis (28/4) memutuskan untuk menunda pemilihan parlemen di negara tersebut. Di mana sedianya pemilihan parlemen telah dijadwalkan akan dilakukan pada 22 Mei 2021.
Ini menyusul Israel menolak mengadakan pemilihan di kota Yerusalem Timur yang mereka diduduki. Sementara Abbas secara mengatakan mereka tidak akan mengadakan pemilihan tanpa melibatkan Yerusalem.
“Kami tidak akan ikut pemilu tanpa Yerusalem yang diduduki. Saya ingin pemilu di Yerusalem seperti di Tepi Barat,” kata Mhamoud Abbas dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (30/4/2021).
Dia mengatakan pihak Israel belum memberikan jawaban atas permintaan Palestina untuk mengadakan pemungutan suara di Yerusalem “karena tidak ada pemerintah Israel yang mengambil keputusan seperti itu.”
Abbas menambahkan bahwa Uni Eropa menginformasikan pihak Palestina tentang kekecewaan mereka karena tidak mendapatkan jawaban dari pihak Israel.
Ia mengungkapkan bahwa Israel mengancam akan menahan Hanna Nasser, ketua Komisi Pemilihan Umum jika dia pergi ke Yerusalem untuk mempersiapkan pemilihan.
Dia menekankan, bagaimanapun, bahwa begitu Israel mengizinkan pemilihan di Yerusalem, dia akan mengadakan pemungutan suara “dalam seminggu.”
Sementara itu, pemimpin Hamas terkemuka Jamal al-Tawil mengatakan bahwa kelompok tersebut menolak penundaan pemilihan Palestina. “Keputusan untuk menunda [pemungutan suara] – jika itu terjadi – adalah keputusan yang serius. Itu ditolak dan berarti merusak kepentingan rakyat Palestina yang lebih besar,” katanya.
Tawil menambahkan bahwa mengadakan pemungutan suara di Yerusalem diperlukan dan dapat dilakukan “secara teknis dan politik,” tanpa harus izin dari Israel.
Sementara itu, ratusan warga Palestina yang marah berkumpul di pusat kota Ramallah untuk mengutuk langkah presiden Palestina tersebut. Awal pekan ini, harian Al-Quds, yang dikenal dekat dengan Otoritas Palestina, mengungkapkan bahwa Abbas berada di bawah tekanan Arab dan Amerika untuk menunda pemungutan suara.
Harian itu mengatakan bahwa tekanan itu datang karena ada kekhawatiran bahwa Hamas akan memenangkan pemilihan.