Peter Oudenes, Mualaf Asal Belanda Menemukan Hidayah di Indonesia
HIDAYATUNA.COM – Peter Oudenes lahir di Belanda 34 tahun lalu, tepatnya Kota Schoonhoven. Sebelum resmi menjadi mualaf, ia menemukan hidayah ketika berada di Indonesia.
Peter sudah merasa dekat dengan Islam setibanya di Indonesia, namun ia belum begitu serius mendalami Islam hingga belum sempat langsung bersyahadat dan menjadi mualaf. Lantas Peter jatuh hati dengan seorang perempun bernama Rika Kartika, ibu tunggal dengan dua orang anak asal Cianjur, Jawa Barat yang bekerja di Bali.
Keduanya memutuskan untuk segera melangsungkan pernikahan meski berbeda agama. Saat itu perbedaan iman belum menjadi sesuatu yang digubrisnya.
Sang istri pun tidak mempersoalkan agamanya yang masih non-Islam, namun bagaimanapun pembicaraan tentang ini tetaplah ada. Setelah berdiskusi, disepakatilah bahwa Peter kemudian mualaf dan ia melakukannya dengan ikhlas.
Setelah itu, keinginan Peter untuk mempelajari agama Islam semakin kuat. Pada Mei 2012, ia akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Denpasar disaksikan oleh ulama setempat, beberapa jemaah, dan sang calon istri.
Beberapa hari setelahnya, pernikahan antara keduanya pun dilangsungkan. Resmi sudah mereka mulai membina rumah tangga.
Mempelajari Islam Video hingga Belajar Salat
Niat Peter untuk serius mendalami Islam tidak berhenti pada ujaran lisan. Setiap hari, dirinya selalu meluangkan waktu untuk membaca banyak buku dan menonton video tentang agama ini.
Tidak hanya konten-konten mengenai ibadah harian. Lebih lanjut, ia sungguh sungguh mengkaji dasar agama ini Alquran dan hadis serta sosok mulia yang membawanya, yakni Nabi Muhammad SAW.
Semula, Rika agak terkejut dengan antusiasme suaminya dalam mempelajari Islam. Pernikahan hanyalah jalan, bukan alasannya untuk menjadi seorang Muslim.
Berdasarkan pengajian yang disimaknya, ia mendapati bahwa kewajiban seorang Muslim setelah ber syahadat ialah salat lima waktu. Peter langsung meminta istrinya untuk membeli semua perlengkapan tersebut.
Melihat semangat ini, Rika pun ikut mendukungnya. Meski begitu, mereka berdua saat itu belum lepas dari kebiasaan buruk misalnya, meminum minuman keras.
Bercita-cita Naik Haji
Peter dan istri mulai meninggalkan minuman haram dan gaya hidup bebas di malam hari setelah kembali ke Belanda bersama anak-anak mereka. Saat itu Peter dan sang istri meluangkan waktu untuk menikmati hari santai mereka di sebuah club malam.
Namun kejadian tak diinginkan menyapa sang istri yang digoda oleh salah seorang pengunjung hingga memicu keributan. Setelah itu, ia dan istrinya kembali berdiskusi dengan keputusan keduanya sepakat meninggalkan kebiasaan burut tersebut.
Kini, Peter merasa sangat bahagia. Ia, istri, dan anak-anaknya hidup tenteram di Negeri Kincir Angin. Kepada mereka, dirinya selalu memberikan teladan dan bimbingan agar menjalani keseharian secara islami. Memang, diakuinya, menjadi Muslim berarti menjadi minoritas di Belanda dan ini agak sulit.
Ia kini lebih senang berdakwah kepada teman-temannya. Tak masalah jika perkataannya didengar atau tidak, yang terpenting baginya, kewajiban tabligh sebagai seorang Muslim sudah dilaksanakannya. Peter juga bercita-cita untuk melaksanakan umrah dan haji.
Begitulah hidayah menghampiri hamba pilihan-Nya. Semoga Peter dan istri beserta keluarga kecilnya istiqamah dalam menjalankan ibadah dan kemantapan iman dalam berislam.