Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad dan Perjuangan Perempuan
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. menjadi tonggak sejarah yang penting bagi umat Islam.
Kata hijrah berarti “pindah ke negeri lain,” apabila merujuk pada latar belakang terjadinya peristiwa hijrah, tidak akan dapat dipisahkan dari situasi dan kondisi kota Mekkah dan suku Quraisy yang saat itu sangat menentang dakwah Rasullullah saw.
Penolakan-demi penolakan oleh suku Quraisy pada akhirnya menggagalkan Rasulullah saw. untuk membangun basis dakwah di wilayah tersebut.
Rasulullah saw. mencari ruang baru untuk berdakwah dan mengalihkan perhatian ke Yastrib (Madinah) dengan motivasi undangan penduduk Madinah, khususnya bani Aus dan Khazraj.
Rasulullah saw. bersama dengan Abu Bakar tiba di Madinah pada 12 Rabiul Awwal 1 H/24 September 622 M, suatu kota yang terletak kurang lebih 270 mil sebelah utara Mekkah dan berada pada ketinggian 2050 kaki diatas permukaan laut.
Semangat dakwah yang sama ini diikat dalam perjanjian Aqabah I dan II dari penduduk Madinah terhadap Rasulullah saw.
Perjalanan hijrah Rasulullah tidak hanya didukung oleh kaum laki-laki namun kaum perempuan pun memiliki peran kunci dalam proses hijrah Rasulullah ke Madinah.
Beberapa perempuan itu diantaranya adalah Ruqqayah puteri Rasulullah, Sahlah binti Suhail, Ummu Salamah binti Abu Umayyah, Laili binti Abu hatsman, Asma binti Umais, Fatimah binti Shafwan, Umalnah binti Halaf, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Barakah binti Yasar, Ummu Harmalah binti Abdul Aswad, Ramlah binti Auf, Raltah binti Harist, Zainab binti Abu Salamah, Ummu Kultsum binti Suhail, Saudah binti Zamah Asma’a binti Abu Bakar ra, dll.
Salah satu perempuan yang memiliki semangat ketaqwaan yaitu Asma’binti Abu Bakar ra. shahabiyah yang terkenal keilmuan dan ketaqwaannya. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam.
Ketika cahaya Islam menyinari Jazirah Arab, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., ayah Asma’, adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam.
Karena itu, tidak heran jika Asma’ memeluk agama tauhid ini sejak dini sehingga termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam.
“Jika dibuat nomor urut daftar orang yang masuk Islam, maka Asma’ berada pada urutan ke-18. Artinya, hanya ada 17 orang yang lebih dulu masuk Islam darinya, baik laki-laki dan perempuan.” (Mahmud Al Mishri, 35 Sirah Shahabiyah, 2011: 77).
Asma’ memiliki jiwa yang jernih dan batin yang bersih. Hatinya selalu terhubung dengan Allah.
Ia selalu mengawasi dirinya sendiri seketat mungkin, baik sisi lahir maupun batinnya.
Namun demikian, ia selalu merasa dirinya terlalu lemah dan banyak berbuat salah.
Namun dibalik kewaspadaanya ia dan beberapa perempuan lain ikut serta dalam peperangan Yarmuk beberapa ikut serta dalam mendampingi suaminya beberapa menjadi pasukan perang.
Ibnu Ishaq dalam Al Mishri meriwayatkan, suatu Ketika Abu Jahal datang ke rumah Abu Bakar bersama para tokoh Quraisy, mereka menemui Asma’ dan bertanya di mana ayahnya. Asma’ menjawab tidak tahu dan seketika itu Abu Jahal menamparnya dengan keras sehingga antingnya lepas.
Mereka sangat marah karena tidak mendapati Rasulullah dan Abu Bakar. Hal ini dilakukan oleh Asma’ demi menjaga kerahasiaan keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar.
Selain Asma’ ada Shafiyah binti Abdul Muthalib seorang perempuan bangsawan yang memiliki pemikiran yang jernih serta memiliki karakter tinggi.
Tercatat dalam sejarah islam sebagai perempuan sahabat yang gagah dan berani. Beliau Muslimah perama yang menewaskan orang musyrik dengan tangannya dalam meneggakan agama.
Beliau juga perempuan pertama yang muncul menunggang kuda dan menghunus pedang dalam perang fi sabilillah.
Shafiyah dengan Ikhlas dan lapang dada untuk turut serta peristiwa hijrah ke Madinah meninggalkan kebangsawannya, kemegahannya demi memprjuangkan Islam sampai darah penghabisan.
Perempuan lain yang turut berperan penting adalah Ummu Ma’bad yang memiliki nama lengkap Atikah binti Khalid ibn Khalif ibn Munqidz ibn Rabi’ah ibn Asharam bin Dhabis ibn Hasyiyah ibn Salul ibn Ka’an ibn Amr.
Beliau adalah perempuan yang ulet dan tekun. Beliau membuat tenda untuk memberikan makanan dan minuman kepada siapapun yang melewati tendanya.
Saat di perjalanan hijrah Rasulullah saw dan Abu Bakar pernah singgah membeli daging dan kurma kepada Ummu Ma’bad.
Namun, beliau menolak dan berkata, “ Jika kami memiliki sesuatu, tentu kalian tidak akan kesulitan mendapatkan jamuan.”
Ungkapan tersebut menjelaskan sitausi paceklik pada saat itu.
Selain senang duduk diserambi tendanya Ummu Ma’bad juga sempat merawat kambing kurus yang telah lemah sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan hijrah.
Kambing tersebut kemudian menarik perhatian Rasulullah saw yang sebelumnya kambing itu kurus dan tidak dapat mengeluarkan air susu, kemudian Rasulullah mengusapkan kainnya ke kambing tersebut yang beberapa waktu kemudian kambing tersebut membesar dan akhirnya dapat mengeluarkan air susu.
Ummu Ma’bad antusias sehingga air susu kambing tersebut diperah terus menerus untuk dibagikan kepada siapapun yang melwati tendanya.
Dalam perjalanan hijrah ke Madinah tidak dapat dipungkiri bahwa peran perempuan sangat penting dalam memperlancar upaya dakwah Rasulullah, mulai ndari inisiatif, keihkhlasan, turut serta kemedan perang hingga peran domestik.
Hal ini menegaskan bahwa perempuan mampu berdiri di medang perang, berbagi dengan lainnya meski dalam kondisi keterbatasan hingga mengorbankan segala hal demi mempertahankan dan memperjuangkan agama nya.
Jiwa kesatria sudah sejak dulu bermukim di dalam diri perempuan yang semoga semangat perjuangan Muslimah sejak zaman Rasulullah dapat menjadi semangat perempuan hari ini untuk terus berjuang dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. []