Pembangunan Pemakaman Muslim di Jepang Ditentang Penduduk Hiji
HIDAYATUNA.COM, Hiji – Rencana pembangunan pemakaman Muslim di Jepang mendapat tentangan dari penduduk Hiji.
Penduduk Hiji yang mayoritas menggunakan tradisi kremasi dalam mengurus jenazah itu melakukan penolakan adanya pemakaman Muslim.
Penolakan pembangunan pemakaman Muslim di Jepang itu karena diklaim oleh penduduk Hiji akan mencemari tanah dan air.
Alasan penolakan tempat pemakaman Muslim di Jepang ini menurut para pemimpin Muslim di Jepang dianggap mengada-ada dan politis.
Pasalnya, pihaknya sudah melakukan kajian jika tempat pemakaman tidak akan memengaruhi apa pun terhadap lingkungan.
Dilansir dari Republika, penduduk lokal Hiji ini mengklaim tradisi Muslim mengubur tubuh, berlawanan dengan kremasi.
Penduduk Hiji mengkhawatirkan dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat lokal.
Menurut mereka karena kontaminasi tanah serta sumber air lokal yang digunakan untuk irigasi tanaman dan minum.
“Alasan ini tidak masuk akal,” kata perwakilan pemimpin Muslim setempat.
Kepala Asosiasi Muslim Jepang (Beppu), Khan Muhammad Tahir Abbas, mengatakan, membangun masjid di Beppu sekitar 10 tahun yang lalu dan segera menyelesaikan proyek berikutnya.
Proyek itu yakni pemakaman. Ia mencoba menemukan tempat di mana umat Islam dapat dimakamkan sesuai dengan aturan yang dianut umat Islam.
Adapun Beppu berjarak sekitar 13 kilometer dari Hiji, yakni di prefektur Oita, Kyushu.
“Kami ke Kantor Kota Beppu berkali-kali untuk menanyakan apa yang perlu kami lakukan dan mereka tidak pernah menolak permintaan kami untuk memiliki kuburan, tapi mereka juga tidak pernah menerima kami,” katanya.
Frustrasi atas kegagalan pejabat di Beppu mengatasi kekhawatiran mereka, asosiasi Muslim membeli sebidang tanah seluas 8.000 meter persegi di kota tetangga Hiji dengan tujuan membangun pemakaman khusus dengan 120 makam.
Sebagai informasi, saat ini umat Islam di Jepang sedang dalam situasi darurat tempat pemakaman. Pasalnya area tempat pemakaman muslim sangat terbatas di negara tersebut.
Akibatnya hanya sekedar untuk melakukan penguburan jenazah, para penduduk Muslim di negeri Sakura tersebut harus menempuh perjalanan jauh dari rumah mereka dengan biaya yang sangat mahal. (Hidayatuna/MK)