Muslim Inggris Alami Diskriminasi Pelayanan Perbankan
HIDAYATUNA.COM, Inggris – Para juru kampanye menuduh bank-bank di Inggris mendiskriminasi muslim Inggris secara tidak proporsional menolak layanan perbankan mereka dan menutup rekening mereka tanpa transparansi dan bantuan yang memadai.
Dewan Muslim Inggris (MCB), badan perwakilan terbesar untuk muslim Inggris, telah menulis surat kepada Perdana Menteri Rishi Sunak, Kanselir Jeremy Hunt, dan para pemimpin partai oposisi menuntut perlindungan hak perbankan universal.
Dalam surat itu, Sekretaris Jenderal MCB Zara Mohammed mencatat bahwa pemerintah berturut-turut telah mengabaikan masalah bank yang menarik layanan dari Muslim Inggris, dan praktik tersebut terus berlanjut tanpa transparansi dan bantuan yang memadai bagi mereka yang terkena dampak.
“Kami mendesak peninjauan yang tidak memihak yang tidak hanya membahas mekanisme di balik penutupan rekening bank, tetapi juga mengkaji mengapa Muslim Inggris terpengaruh secara tidak proporsional oleh masalah ini,” ungkap Zara Mohammaed, sebagaimana dikutip dari IQNA.
Otoritas Perilaku Keuangan telah mengidentifikasi Muslim sebagai satu-satunya kelompok agama yang mungkin tidak memiliki rekening bank di Inggris, dan intervensi MCB mengikuti penutupan rekening bank Nigel Farage oleh Coutts, sebuah bank swasta bergengsi untuk orang kaya, karena pandangan politiknya.
Insiden ini menyebabkan pengunduran diri kepala eksekutif di NatWest, perusahaan induk Coutts, dan dimulainya peninjauan independen terhadap penargetan Farage.
Namun, badan amal berbasis agama Islam dan kelompok solidaritas pro-Palestina mengatakan bahwa mereka telah mengalami penutupan bank selama bertahun-tahun karena pandangan politik mereka tanpa tanggapan yang signifikan dari politisi atau pers.
Fadi Itani, CEO Forum Amal Muslim yang berbasis di Inggris, menyatakan bahwa badan amal telah menghadapi penutupan bank selama lebih dari dua dekade dan seringkali terlalu diawasi oleh bank dan kebijakan mereka.
“Ini biasanya terjadi dengan organisasi yang bekerja di wilayah yang lebih sensitif di mana ada risiko keamanan yang lebih tinggi, tetapi kami menemukan ini diperluas ke definisi yang lebih luas, menciptakan beban yang tidak adil bagi organisasi amal untuk bekerja sama,” imbuhnya.
Pada tahun 2015, Kampanye Solidaritas Palestina menutup rekening banknya di Bank Koperasi tanpa penjelasan lebih lanjut selain selera risiko bank. []