Masjid Umayyah, Ikon Peradaban Islam Damaskus
HIDAYATUNA.COM – Keberadaan masjid di suatu wilayah menandai adanya komunitas muslim di wilayah itu. Sejarah Islam di Damaskus dan Suriah juga ditandai dengan berdirinya masjid-masjid dengan jumlah yang mencapai ribuan. Sejarah mencatat, masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan. Masjid Umayyah pun demikian, ia tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai transformasi ilmu pengetahuan.
Masjid ini merupakan salah satu warisan terbesar era peradaban Islam pada Abad Pertengahan dan menjadi masjid terpenting di Damaskus, dan bahkan di Suriah. Hingga kini, Masjid Umayyah, yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Agung Damaskus, masih berdiri kokoh dan tetap menunjukkan kemegahannya.
Sejarah Masjid Umayyah
Sebelum menjadi sebuah masjid, Masjid Umayyah adalah sebuah gereja yang dibangun pada masa Romawi. Sebelum menjadi gereja, bangunan itu merupakan tempat pemujaan bangsa Yunani, yang dibangun sekitar tahun 1000 SM.
Pada abad pertama Masehi, bangsa Romawi berhasil merebut Damaskus dari tangan bangsa Aram. Penguasa baru ini kemudian memperluas bangunan cikal bakal Masjid Umayyah tersebut untuk digunakan sebagai tempat penyembahan Dewa Jupiter. Setelah agama Kristen berkembang di Kerajaan Romawi, Kaisar Theodosius melarang penyembahan dewa-dewa dan mengubah bangunan ini menjadi sebuah gereja katedral dengan nama Gereja St. John Baptist Basilika.
Pada tahun 636, bangsa Arab mengalahkan Romawi dan mereka pun berkuasa atas Damaskus. Abu Ubaidah bin Jarrah adalah pejuang Islam yang mula-mula memfungsikan bangunan tersebut menjadi masjid, namun sebagian bangunannya masih digunakan sebagai gereja. Masjid ini dibangun pada masa Khalifah al Walid bin Abd al Malik dari Dinasti Umayyah pada tahun 88-97 Hijriah di kota Damaskus, Suriah. Bangunan ini mengadopsi tipe bangunan dari Masjid Nabawi di Madinah.
Setelah penaklukan Arab atas Damaskus, masjid tersebut dibangun di tempat yang sebelumnya adalah basilika Kristen. Masjid ini memiliki makam peninggalan suci yang diyakini hingga kini masih berisi kepala Yohanes pembabtis Yahya yang dihormati sebagai nabi baik oleh Kristen atau Islam. selain itu, masjid ini juag menyimpan tanda dari Syi’ah diantaranya tempat dimana kepala Husain bin Ali yang disimpan oleh Yazid bin Muawiyah.
Mengingat jumlah umat Islam mengalami pengingkatan yang pesat, bhakan hampir semua penduduk Damaskus beragama Islam Khalifah al Walid memutuskan untuk membeli gereja tersebut dari umat kristen, kemudian merobohkannya dan menjadikan seluruh bangunan sebagai masjid pada tahun 705 M. Khalifah berhasil membangun sebuah masjid yang menjadi salah satu bangunan terbesar yang pernah di bangun sejak zaman Romawi.
Setelah merobohkan Gereja dan membangun masjid, Khalifah tetap menunjukkan toleransinya terhadap penganut agama Kristen namun, Khalifah tetap menunjukkan toleransinya terhadap penganut agama Kristen, dengan membangun sebuah gereja baru bagi mereka.
Meski bentuk dan arsitekturnya mengalami perubahan sesuai dengan fungsi masjid, tetapi perubahan itu tidak total. Dua dari tiga buah balkon, misalnya amsih tetap dipertahankan. Berkat selera arsitektur Khalifah al Walid ayng tinggi, akhirnya berdirilah sebuah masjid dengan sentuhan teknologi modern dengan tetap memperhatikan aspek estetika. Pada masa keemasan pemerintahan Islam, Masjid Umayyah menjadi pusat kegiatan umat Islam.
Pada tahun 461 H, masjid ini terbakar. Bangunan masjid kemudian diganti sehingga bentuknya berbeda dengan bentuknya semula. Bentuk bangunan mengikuti model amsjid biasa, dielngkapi empat buah mihrab, tiga buah kubah, tiga menara yang menjulang ke langit, tiga buah sauma’ah dan empat buah gapura.
Menara pada masjid Umayyah merupakan menara pertama pada bangunan masjid. Awalnya, pada bekas bangunan gereja St. John Baptist Basilika tersebut terdapat dua buah menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, lonceng pada siang hari, dan kerlipan lampu pada malam hari. Menara itu merupakan salah satu ciri khas bangunan Romawi. Kedua menara peninggalan bangunan gereja tersebut berada di sisi barat dan timur.
Menara sebelah timur atau disebut Menara Isa diyakini sebagai tempat akan turunnya Nabi Isa AS. Khalifah al Walid sengaja mempertahankan kedua menara yang bertengger di bangunan bekas gereja tersebut. Bahkan, untuk menambah kemegahan Masjid Umayyah, beliau membangun lagi sebuah menara di pelataran masjid sisi utara, tepatnya di atas Gerbang Firdaus. Menara ini biasa disebut Menara Utara Masjid Umayyah.
Arsitektur Masjid
Arsitektur Masjid Umayyah telah memberi pengaruh bagi seni arsitektur masjid di seluruh dunia. Dari masjid inilah, arsitektur Islam mengenal lengkungan, menara segi empat, dan maksurah. Bangunan Masjid Umayyah memperlihtakan proses percampuran budaya Romawi dan islam. emskipun telah dilakukan beberapa perubahan pada arsitektur gereja, bagian-bagian khas gereja masih tampak pada komplek masjid ini, termasuk sumur temapt pemba[tisan bayi-bayi. Di masjid ini pula terdapat kuburan kepala Nabi Yahya AS (yang dipenggal oleh umatnya sendiri), Nabi Hud dan Nabi Khidir.
Pembangunan Masjid Damaskus, yang merupakan masjid terbesar pertama di abad ke-8 M itu, ternyata melibatkan para seniman dan tukang bangunan dari Mesir, Persia, India, Afrika Utara dan Byzantium.
Ketika Khalifah al-Walid hendak membangun masjid tersebut, dirinya mengumpulkan semua seniman dan arsitek terkemuka pada zamannya. Mereka diminta untuk memikirkan model masjid yang akan dibangun. Khalifah mengeluarkan dana sebanyak 400 kotak dan setiap kotak berisi uang 14 ribu dinar. Proses pembangunan masjid pun dimulai dan berlangsung selama sembilan tahun.
Pembangunan Masjid Umayyah menggunakan marmer dan batu pualam. Bagian atas dinding masjid, baik dinding luar maupun dalam, berlapis marmer. Seluruh tiangnya adalah berasal dari batu pualam murni. Di bagian atas tiang dibentuk ornamen hiasan bunga, sedangkan bagian bawah tiang masjid bergambar hiasan tangkap pepohonan. Lantai masjid terbuat dari bahan marmer. Pantulan sinar matahari dari lantai masjid mampu menyilaukan mata yang memandangnya.
Arsitek barat K.A.C Creswell dan Strzygwoski (1930) dalam bukunya, Early Muslim Architecture, mengatakan, Masjid Agung Umayyah adalah murni kerja umat Islam yang terinspirasi oleh gaya Persia.
Halaman Masjid Umayyah
Komplek Masjid Umayyah awalnya berdiri di atas lahan seluas 157 meter kali 100 meter dan memiliki dua bagian utama. Salah satunya merupakan halaman yang menempati hampir separuh area masjid dan dikelilingi serambi yang melengkung. Halaman Masjid Nabawi yang berbentuk persegi empat dan terbuka menginspirasi halaman Masjid Umayyah. Secara historis, masjid yang beridir megah dijantung Kota Damaskus ini merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam yang paling tua.