Kitab Kuno Karya Ulama Besar Makkah Asal Sunda Ditemukan
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Salah satu kitab kuno karya ulama besar Makkah asal Sunda, Syaikh Siraj Garut Makkah ditemukan. Karya yang diterbitkan 20 tahun sebelum Indonesia merdeka itu berjudul kitab “Futûh al-Ilâhiyyah”.
Penemuan kitab tersebut disampaikan langsung oleh seorang pengkaji manuskrip-manuskrip kuno peninggalan ulama Nusantara sekaligus dosen Magister UNU Jakarta, A. Ginanjar Sya’ban.
“Menemukan harta karun warisan ulama Sunda yang lama hilang: kitab “Futûh al-Ilâhiyyah” karya Syaikh Siraj Garut Makkah bertahun 1925,” ungkap Ginanjar Sya’ban di akun Facebooknya, dikutip Hidayatuna.com, Rabu (24/6/2020).
“Saya mendapatkan pindaian kitab ini dari sahabat saya Ustadz Muhammad Abid Muafan, yang mana ia sendiri mendapatkannya dari KH. Abdul Qadir b. Eumed Ahmad, pengasuh pesantren Cimasuk, Garut, Jawa Barat,” sambung Ginanjar.
Ia menjelaskan, kitab “Futûh al-Ilâhiyyah” ditulis dalam bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) dan berisi himpunan bacaan tahlilan dan bacaan do’a-do’a lainnya. Kitab ini dicetak dalam format tipografi (cetak huruf baris) oleh Mathba’ah al-Taraqqî al-Qârûtiyyah yang berbasis di Garut milik Haji Muhammad Suyuthi. Tahun cetak kitab berangka 1344 Hijri (1925 Masehi).
“Jumlah keseluruhan halaman kitab “Futûh al-Ilâhiyyah” adalah 18 (delapan belas) halaman. Pada halaman terakhir, terdapat sebuah pasal yang membahas tentang masalah hitung-hitungan ilmu astronomi (falak) yang berkaitan dengan penentuan awal bulan Syawal,” jelasnya.
Ginanjar menambahkan, berdasarkan tahun kelahiran Syaikh Siraj Garut, yaitu 1895, dan tahun cetak kitab ini, yaitu 1925, maka dapat dikatakan jika kitab ini ditulis oleh Syaikh Siraj Garut ketika ia berusia 30 tahun.
“Saya pernah mengulas biografi seorang ulama besar Makkah yang ahli ilmu qira’at sekaligus juga pelantun al-Qur’an di Masjidil Haram dan stasiun radio al-Qur’an milik pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Ulama tersebut adalah Syaikh Siraj Garut,” ungkapnya.
Syaikh Siraj Garut lanjut dia, lahir di Makkah pada tahun 1313 H (1895 M) dari keluarga ulama asal Garut yang telah lama bermukim di Makkah. Ketika berusia 13 tahun (1908 M), Siraj pergi ke kampung leluhurnya di Garut sekaligus belajar di beberapa pesantren di Tatar Sunda selama beberapa tahun lamanya. (MK/Hidayatuna)