Kisah Hijrah Dr Tirta Ketika Masuk Islam

 Kisah Hijrah Dr Tirta Ketika Masuk Islam

Kisah Hijrah Dr Tirta

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Influencer yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr. Tirta baru baru ini menceritakan kisah dirinya hijrah masuk Islam yang ia dilakukan beberapa tahun silam.

Dikisahkan olehnya bahwa ia adalah anak yang lahir dari keluarga dari pasangan yang berbeda agama. Ayahnya beragama Islam dan ibunya beragama non Islam.

Namun sejak kecil, ia mengikuti agama dari sang ibu. Tirta menjelaskan ia mulai mengalami perubahan sejak lulus SMA.

Terlebih saat ia dinyatakan lolos masuk seleksi di Fakultas Kedokteran. Dirinya mengaku sangat bersyukur saat itu.

Awal Perjalanan Hijrah

Selama menempuh pendidikan di Yogyakarta, Tirta banyak berjumpa dengan teman yang beragam. Dari situ dirinya mulai mencoba terbuka.

Dari kawan-kawannya yang Muslim ia pun mulai belajar mengenal Islam. Di antara yang membuatnya terkesan adalah kisah Wali Songo dalam menyebarkan syiar agama Islam di tanah Jawa.

Perjumpaannya dengan pengasuh pondok pesantren di Yogyakarta bernama KH Jumroni membuatnya lebih banyak lagi mengenal Islam.

Meskipun pada waktu itu dirinya masih berstatu ateis. Dialog yang ia lakukan dengan Kiai Jumroni membuatnya berpikir ulang tentang keyakinannya.

Mendapat Hidayah Melalui Mimpi

Tibalah pada suatu sore, ia bermimpi aneh. Ia menceritakan dalam mimpinya sedang terbang di atas langit. Sementara bagian kanan dan kirinya tampak dua sosok berbaju putih dan bercahaya.

Saat tubuhnya di atas langit, ia mendapati pemandangan Ka’bah dan Masjidil Haram. Tak hanya itu ia juga melihat seorang imam besar Makkah. Selain itu ia bermimpi berpapasan dengan pengasuh pokdok yang ia kenal.

Kejanggalan lain yang ia alami adalah ia kerap mendengar suara azan. Kejadian itu ia alami setelah beberapa hari ia bermimpi aneh.

Kemudian kebiasaan mendengar suara azan itu terjadi selama tujuh hari berturut-turut, khususnya setiap pukul 09.00 dan pukul 12.00 WIB.

Atas peristiwa yang ia alami ini, akhirnya ia menceritakan semuanya itu kepada ayahnya. Mendengar cerita anaknya, sang ayang mengaku selama dirinya rutin berdoa kepada Allah SWT agar anak satu-satunya itu kembali kepada iman dan Islam.

Doa yang sama juga dipanjatkannya kala bertawaf di Ka’bah dalam kesempatan umrah. “Bapak cerita, saat umrah itu bapak berdoa, semoga Allah mengarahkanku untuk mendapatkan yang terbaik. Dan sejak itu, saya memutuskan masuk Islam,” ujar Tirta.

Keesokan harinya, ia mengunjungi pesantren milik Kiai Jumroni. Setelah mengutarakan maksudnya untuk memeluk Islam, Tirta pun mengikuti beberapa kali bimbingan.
Ia mengucapkan dua kalimat sahadat saat usinya 23 tahun di sebuah masjid di Sleman.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *