Khazanah Penyair Palestina: Samih Al-Qasim
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Samih Al-Qasim (1939-2014) adalah salah satu penyair paling berpengaruh di dunia Arab, khususnya dalam konteks perjuangan Palestina.
Lahir di kota Zarqa, Yordania, Al-Qasim tumbuh di tengah-tengah ketidakstabilan politik dan sosial yang menyelimuti kawasan tersebut.
Karya-karyanya mencerminkan pergulatan rakyat Palestina dan menawarkan suara perlawanan terhadap pendudukan dan penindasan.
Samih Al-Qasim lahir pada 11 Mei 1939 dalam sebuah keluarga Druze yang pindah ke desa Rameh di Galilea, Palestina.
Pendidikan awalnya berlangsung di berbagai kota, termasuk Nazareth. Situasi politik yang terus berubah-ubah di kawasan tersebut mempengaruhi pandangannya terhadap kehidupan dan politik.
Pada tahun 1948, peristiwa Nakba, yang menyebabkan ratusan ribu warga Palestina mengungsi, meninggalkan bekas mendalam dalam diri Al-Qasim dan menjadi salah satu sumber inspirasi terbesar dalam karya-karyanya.
Sebagai penyair, Samih Al-Qasim dikenal karena gaya tulisannya yang penuh semangat dan kritik sosial.
Karyanya sering kali berfokus pada tema-tema seperti identitas, perjuangan, dan kemanusiaan.
Ia menggunakan puisinya sebagai alat untuk menyuarakan penderitaan rakyat Palestina dan melawan pendudukan Israel.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah “Suqutu Al-Aqni’ati,” di mana ia mengekspresikan ketidakmampuan untuk merayakan kehidupan di tengah penderitaan yang mendalam.
Puisi Al-Qasim tidak hanya berfungsi sebagai medium ekspresi pribadi, tetapi juga sebagai seruan untuk perlawanan kolektif.
Dalam “Tadzakiru Safar,” ia menulis tentang tiket perjalanan sebagai simbol harapan untuk kembali ke tanah air yang hilang.
Karya ini mencerminkan keinginan kuat rakyat Palestina untuk mendapatkan kembali tanah air mereka dan hidup dalam perdamaian.
Samih Al-Qasim sering dibandingkan dengan Mahmoud Darwish, penyair Palestina yang paling berpengaruh.
Keduanya adalah bagian dari generasi penyair yang disebut “Penyair Perlawanan,” yang karyanya banyak terfokus pada tema-tema nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan.
Meskipun memiliki gaya penulisan yang berbeda, keduanya saling menghormati dan sering kali bekerja sama dalam berbagai proyek sastra.
Al-Qasim juga dikenal karena kolaborasinya dengan penyair dan penulis dari berbagai latar belakang.
Ia percaya bahwa sastra bisa menjadi jembatan untuk memahami dan memperjuangkan keadilan sosial.
Kolaborasinya dengan penulis Yahudi-Israel seperti Emile Habibi menunjukkan komitmennya terhadap dialog dan perdamaian meskipun di tengah-tengah konflik yang berkepanjangan.
Seperti banyak penyair dan aktivis Palestina lainnya, Samih Al-Qasim menghadapi banyak tantangan dan penindasan dari otoritas Israel.
Ia beberapa kali dipenjara karena pandangan politiknya dan keterlibatannya dalam gerakan perlawanan.
Namun, penindasan ini tidak pernah menghalangi semangat dan dedikasinya terhadap perjuangan Palestina.
Sebaliknya, pengalaman-pengalaman ini justru memperkuat tekadnya untuk terus menulis dan menyuarakan ketidakadilan yang dialami rakyatnya.
Dalam puisi ” Risālah min Al-Mu’taqil,” Al-Qasim menggambarkan penderitaan para tahanan politik dan keteguhan hati mereka untuk terus berjuang meskipun dalam kurungan.
Karya ini tidak hanya mencerminkan pengalaman pribadinya, tetapi juga menjadi suara bagi ribuan tahanan politik Palestina yang mengalami nasib serupa.
Warisan Samih Al-Qasim tidak terbatas pada karya-karyanya yang telah diterbitkan.
Ia juga meninggalkan jejak mendalam dalam gerakan sastra dan budaya Palestina.
\Puisinya terus menginspirasi generasi penyair dan penulis muda yang berusaha untuk mengekspresikan identitas mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka melalui kata-kata.
Selain itu, karya-karya Al-Qasim telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, menjadikannya salah satu suara perlawanan Palestina yang paling dikenal di dunia internasional.
Puisi-puisinya sering kali dibacakan dalam acara-acara solidaritas dan protes di berbagai belahan dunia, memperkuat pesan perjuangan dan keadilan yang ia suarakan.
Samih Al-Qasim meninggal dunia pada 19 Agustus 2014 setelah lama berjuang melawan penyakit kanker.
Kematian penyair besar ini meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang, terutama di Palestina.
Upacara pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah sastra Palestina.
Banyak organisasi sastra dan budaya, baik di Palestina maupun di luar negeri, menyelenggarakan acara penghormatan untuk mengenang karya dan kontribusi Al-Qasim.
Penerbitan ulang karya-karyanya dan terjemahan ke dalam bahasa lain terus dilakukan untuk memastikan bahwa warisannya tetap hidup dan terus menginspirasi generasi mendatang.
Samih Al-Qasim adalah salah satu penyair terbesar dalam sejarah Palestina, yang menggunakan puisinya sebagai alat perlawanan dan ekspresi identitas.
Melalui karya-karyanya, ia memberikan suara kepada penderitaan rakyat Palestina dan menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang demi keadilan dan perdamaian.
Meskipun telah tiada, warisan dan pengaruh Al-Qasim tetap hidup dalam setiap baris puisinya yang penuh semangat dan harapan.
Sebagai seorang penyair perlawanan, ia telah menorehkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah sastra dan perjuangan Palestina. []