Ini Dia Percetakan yang Banyak Mencetak Kitab-Kitab Ulama Sunda Zaman Dulu
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Bukti otentik keberadaan khazanah intelektual ulama di Nusantara adalah dengan karya kitabnya. Diskursus kitab, tentu tidak lepas dengan percetakan yang menerbitkannya. Salah satu percetakan yang banyak mencetak kitab-kitab ulama Nusantara wabil khusus ulama Sunda adalah Al-Mathba’ah Al-Qârûtiyyah.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, keberadaan percetakan Al-Mathba’ah Al-Qârûtiyyah produktif menerbitkan buah karya kitab-kitab milik para ulama Sunda. Hal ini dibuktikan dengan banyak temuan temuan kitab-kitab karya ulama besar Sunda, sebagian besar dicetak oleh percetakan Al-Mathba’ah Al-Qârûtiyyah.
Pakar filologi Islam, Ahmad Ginanjar Sya’ban menjelaskan percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah adalah sebuah percetakan yang berada di Garut, Jawa Barat. Bahkan ia tertarik lebih jauh menulusuri keberadaan percetakan ini.
Hal itu dikarenakan banyak kitab-kitab karya ulama Nusantara khususnya ulama Sunda diproduksi di percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah. Ginanjar menjelaskan percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah ini adalah milik Haji Muhammad Suyuthi Garut.
“Keberadaan percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah menarik untuk ditelusuri lebih jauh lagi, karena sepanjang rentang waktu tahun 1920-1930-an, percetakan ini tercatat mencetak beberapa karya ulama Tatar Sunda,” kata Ginanjar Sya’ban dalam ulasannya dikutip Hidayatuna.com, Selasa (11/8/2020).
Pada tahun 1925, misalnya, percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah pernah mencetak kitab al-Futûh al-Ilâhiyyah karya Syaikh Siraj Garut, seorang ulama besar Makkah dan pelantun al-Qur’an di Masjidil Haram dan stasiun radio Kerajaan Saudi Arabia yang merupakan putra Syaikh Muhammad Cibunut, Balong, Garut.
Selain itu, percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah juga mencetak kitab al-Sirâj al-Munîr fî Maslak al-I’tiqâd karya ulama Sunda yakni KH. Utsman Dhomiri pada tahun 1347 Hijriah atau 1929 Masehi.
Ginanjar menduga percetakan al-Mathba’ah al-Qârûtiyyah milik Haji Muhammad Suyuthi Garut ini memiliki jejaring kuat dengan sejumlah percetakan lain di tanah Sunda, yang sama-sama banyak mencetak kitab dari ulama-ulama di Nusantara.
“Tampaknya, percetakan milik Haji Muhammad Suyuthi Garut ini berjejaring dengan percetakan milik Haji Muhammad Syaubandi yang berbasis di Tasikmalaya pada kurun waktu yang bersamaan, juga percetakan “al-Ikhtiyar” milik Haji Tubagus Zakariya yang berbasis di Bogor dan percetakan “al-Mathba’ah al-Mishriyyah” milik Syaikh Abdullah Afif yang berbasis di Cirebon,” jelasnya.
Dugaan kuat Ginanjar ini merujuk pada corak typography pada kitab yang digunakan percetakan-percetakan tersebut memiliki ciri khas sama. “Percetakan-percetakan tersebut memiliki ciri khas yang sama, yaitu mencetak kitab-kitab dalam format cetak huruf baris (typography),” tandasnya.