Gus Mus Sebut Wayang Tidak Menabrak Fikih

 Gus Mus Sebut Wayang Tidak Menabrak Fikih

Gus Mus (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ulama karismatik, sekaligus budayawan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan dakwah itu harus se-kreatif Wali Songo. Ketika di Jawa gandrung dengan kesenian, maka Sunan Kalijaga, menciptakan karya monumental, yaitu wayang.

Menurutnya wayang adalah suatu karya kesenian yang penuh keindahan. Dan keberadaannya sebagai sebuah seni tidak menabrak rambu-rambu fikih.

Tentu ada perbedaan-pendapat di antara para wali. Namun, lanjutnya, mereka berkoordinasi dengan baik sekali.

Gus Mus menyebut, ada hadis yang dipakai ulama-ulama keras yang berbunyi, “Siapa yang menggambar manusia, nanti akan disuruh memberi nyawa kepada gambarnya itu.”

“Nah, wayang ini tidak bisa disebut manusia, sementara disebut gambar binatang juga tidak bisa,” ucapnya dilansir dari akun Twitter @SejarahUlama, Rabu (02/03/2022).

“Tapi orang yang melihat menganggap itu manusia atau binatang. Itu hebatnya,” sambungnya saat disowani tim Ekspedisi Islam Nusantara pada April lalu.

Gus Mus menjelaskan, tidak ada manusia yang tangannya melebihi dengkul seperti tangannya wayang.

Tak ada juga manusia yang tubuhnya gepeng seperti wayang, lanjut nya. Tapi orang yang menonton merasa itu manusia.

“Itu luar biasa. Itu satu keindahan yang luar biasa,” jelasnya.

Wayang tersebut dipakai Sunan Kalijaga untuk berdakwah. Konon, kata Gus Mus, Sunan Kalijaga sendiri yang mendalang, kemudian orang datang. Nilai-nilai ajaran itu dikemas sedemikian rupa dalam cerita dari Hindu dengan latar Mahabharata dan Ramayana.

“Meski demikian, dalam wayang ceritanya sudah penuh dengan muatan-muatan ajaran Islam, tentang keikhlasan, tentang kemanusiaan, tentang buruknya khianat,” tandasnya.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *