Fatima Catat Sejarah Calon Legislatif Muslimah Pertama di Brazil
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sepanjang pemilihan calon legislatif di Brazil, keterlibatan perempuan muslim di legislatif sangat jarang.
Tapi tahun ini, seorang perempuan bernama Fatima Hussein berhasil mendaftarkan diri sebagai kandidat anggota dewan di negara tersebut.
Pada kesempatan itu, Fatima mencatatkan diri dalam sejarah legislatif di negara Brazil sebagai satu satunya muslimah yang masuk dalam daftar kandidat calon legislatif.
Menariknya, ia merupakan kandidat wanita Muslim berdarah Palestina pertama yang dinominasikan sebagai kandidat untuk pemilihan dewan kota Brazil.
“Aku akan menjadi satu-satunya kandidat yang memakai hijab,” ujar Hussein kepada wartawan Middle East Monitor dikutip Sabtu (10/10/2020).
Ia mengaku sangat antusias dan semangat dalam menyambut pemilihan legislatif di Brazil tahun ini.
Pasalnya ia bertekad untuk mematahkan anggapan umum yang menyebut wanita berhijab tidak boleh menjadi anggota legislatif.
Fokus yang akan ia diperjuangkan ketika nanti terpilih menjadi anggota legislatif adalah memerangi diskriminasi rasial yang ada di negara tersebut.
Sebagai informasi, selain aktif di politik, Fatima Hussein juga berperan sebagai ibu dan dokter gigi.
Ayah Fatima bekerja di Brazil dalam misi pertanian untuk membantu pemerintah Yordania. Dia berasal dari Desa Yalu yang diduduki Israel semasa Perang Enam Hari tahun 1967.
Saudara-saudara Fatima bergabung bersama ayah mereka di Brazil setelah diusir Israel yang kemudian menghancurkan desa tersebut.
“Saya dilahirkan di Tubarao, sebuah kota di Santa Catarina, Brazil, tempat di mana saya mengalami masa kecil saya,” ungkap Fatima.
Fatima menempuh pendidikan kedokteran gigi di Universitas Negeri Santa Catarina hingga meraih gelar master di sana.
“Sejak tahun 2000, saya telah bekerja di klinik gigi pribadi saya. Saya percaya bahwa senyuman adalah ekspresi terpenting kita, dan tindakan paling jahat adalah merampas senyuman seseorang,” tegasnya.
Ia merasa bangga sebagai warga negara Brazil, namun ia tetap akan membela Palestina bukan hanya karena faktor darah, tapi juga untuk menjadi pelita bagi komunitas Palestina dan keberadaannya di Brazil. (Hidayatuna/Mk)