Benarkah Ulama-Ulama Mazhab Hanbali Menolak Tasawuf?
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Anggapan ulama-ulama mazhab Hanbali yang disebut menolak tasawuf sejatinya tidak benar.
Hal itu diungkapkan oleh cendekiawan dan guru besar sejarah, Azyumardi Azra.
Menurut Azra meski kaum Hanbali dikenal karena keteguhan mereka berpegang pada Hadis Nabi dan penolakan mereka atas filosofi rasional serta mistisisme spekulatif, tapi mereka sejatinya tidak menolak ansich tasawuf.
Azra menyebut terdapat banyak sekali di antara ulama-ulama hebat dari mazhab Hanbali yang menerima tasawuf. Dengan catatan asalkan dijalankan sesuai dengan syariat.
“Tidak ada bukti, para ulama Hanbali yang begitu terkemuka seperti ‘Ibn Taymiyah (wafat tahun 728 H/1328 M) dan ‘Ibn al-Qayyim al-Jawziyah menentang segala jenis tasawuf,” ungkap Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah & Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII dikutip Rabu (25/9/2024).
Lantas apa yang gigih diserang ulama-ulama Hanbali tentang tasawuf? Tak lain adalah jenis tasawuf yang bersifat eforia dan menyimpang atau menyesatkan.
“Yang dengan gigih mereka serang adalah tasawuf ecstatic (eforia) dan antinomian yang menyimpang. Karena alasan ini, mereka kemudian disebut sebagai para perintis neo-sufisme,” jelasnya.
Azra menjelaskan bahwa Haramayn (Haramain) atau sebutan untuk dua kota suci Islam, yaitu Makkah dan Madinah, sejak tahun-tahun permulaan Islam, telah dikenal sebagai pusat utama Hadis.
“Ini tidak sulit dimengerti, sebab Nabi Saw, sumber hadis, hidup dan memulai ajaran Islam di sana,” ungkapnya.
Lebih jauh lagi, dua dari empat aliran hukum Islam yang utama, yaitu Maliki dan Hanbali, yang juga dikenal sebagai ahl al-hadits, sesungguhnya telah mengembangkan dan menanamkan pengaruh kuat mereka di Jarizah Arabia.
Memang benar bahwa mazhab Maliki, yang diperkenalkan Malik bin ‘Anas (wafat tahun 179 H/798 M) di Madinah, di kemudian hari menjadi lebih dominan di Afrika Utara dan Barat, serta di Mesir Atas, tetapi kaum Hanbali juga menunjukkan keunggulan mereka di Jazirah Arabia. []