Benarkah Tingkat Bunuh Diri di kalangan Muslim AS Tinggi?

 Benarkah Tingkat Bunuh Diri di kalangan Muslim AS Tinggi?

Benarkah Tingkat Bunuh Diri di kalangan Muslim AS Tinggi (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA, COM, Jakarta – Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional, bunuh diri adalah penyebab utama kematian kedua di kalangan pemuda berusia 10-34 tahun. Secara umum, tindakan tercela itu dipandang umat Islam memutus rahmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Alquran mengatakan menasehati bahwa manusia harus percaya Tuhan, memiliki iman dalam rahmat-Nya, memiliki kesabaran, dan tidak menghancurkan kehidupan.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan Muslim Amerika Serikat (AS) potensi dua kali lipat untuk mengambil langkah bunuh diri sebagai solusi. Hal itu jika dibandingkan dengan penganut agama-agama lain lebih sedikit.

Dalam artikel USA Today ini, dikutip Rabu, (05/01), Rania Awaad dan Taimur Kouser membahas krisis bunuh diri yang dihadapi Muslim di Amerika saat ini. Mereka mendesak namun dianggap tabu untuk membicarakannya.

Dalam artikel tersebut mengungkapkan adanya fakta bahwa, penyakit mental masih sangat distigmatisasi di seluruh dunia. Akan tetapi stigmanya di komunitas Muslim sangat kuat. Alih-alih melihat tantangan kesehatan mental sebagai masalah medis yang membutuhkan (sebagian) solusi medis.

Dianggap Tabu hingga Dikriminalisasi

Banyak Muslim melihat tantangan seperti itu sebagai masalah spiritual murni yang dapat didoakan atau diatasi dengan solusi spiritual serupa.

“Bunuh diri, khususnya, adalah hal yang tabu, bukan hanya karena hubungannya dengan kosakata kesehatan mental, tetapi juga karena secara moral dilarang dalam Islam.”

Kombinasi ayat-ayat Alquran dan Hadis (narasi Nabi Muhammad, saw) menggarisbawahi larangan eksplisit Allah untuk menghilangkan nyawa sendiri. Menekankan status khusus yang telah Dia berikan kepada setiap kehidupan manusia dan mengingatkan umat Islam tentang sifat cobaan dalam hidup manusia. Kehidupan ini dan kebutuhan serta kebaikan untuk menanggungnya dengan sabar.

Tapi larangan moral saja tidak memberikan kekebalan iman Muslim dari penderitaan pikiran menghilangkan nyawa sendiri atau mati karena bunuh diri.

Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar Muslim mencoba dan mati karena bunuh diri setiap tahun. Meskipun fakta bahwa tingkat kematian Muslim karena menghilangkan nyawa sendiri yang dilaporkan rendah.

Mungkin juga ada alasan bagus untuk percaya bahwa tingkat rendah menghilangkan nyawa sendiri seorang muslim sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan atau sebaliknya. Selain stigma sosialnya, menghilangkan nyawa sendiri dikriminalisasi di banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Hal itu dapat menghasilkan pelaporan yang tidak tepat atau kesalahan klasifikasi kematian akibat bunuh diri sebagai “kematian karena kecelakaan.”

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *