Banyak Ulama Wafat, Habib Husein Ja’far Ingatkan Hal Ini!

 Banyak Ulama Wafat, Habib Husein Ja’far Ingatkan Hal Ini!

Ulama (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Baru dua minggu pergantian tahun dari 2020 ke 2021, kita dikejutkan dengan berbagai kejadian yang amat menyedihkan. Mulai dari bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, Covid-19 sejak 2020 mengintai hingga 2021 belum kunjung usai. Bahkan yang paling menyedihkan banyaknya ulama yang wafat akibat Covid-19.

Ulama demi ulama wafat dalam waktu berdekatan, habib, ustaz, dan kiai. Bahkan beberapa Sepanjang 2021, terhitung dalam waktu 15 hari, sudah ada 15 ulama yang wafat. Itu berarti hampir setiap hari ada ulama yang wafat. Sebagian karena covid-19 sebagian yang lain karena yang lain.

Nahdlatul Ulama (NU) mencatat pada tahun 2020, ada 234 ulama yang wafat karena Covid-19. Hal ini merupakan sebuah musibah, sebab ketika orang berilmu wafat, kaum awam akan belajar ke siapa?

Kemudian muncullah sebuah pertanyaan, apakah wafatnya ulama merupakan salah satu tanda kiamat? Hal ini bukan isu baru.

Merespon isu ini, Habib Husein Ja’far memberikan komentar bijaknya terhadap berbagai tanggapan yang mengaitkan wafatnya ulama dengan kiamat.

Kiamat Adalah Rahasia Allah

Habib Husein Ja’far merupakan kiai millennial yang juga seorang influencer. Habib Husein getol sekali menyemarakkan ajaran Islam di kalangan millennial.

“Semua bertanya, pertanda apakah ini Habib? Bahwa ini adalah pertanda kiamat sudah dekat. Bahwa ini pertanda negeri ini sudah tidak diberkahi oleh Allah,” kata Habib Husein.

“Nada pesismis turut andil kepada bangsa ini. Padahal sejauh ini musibah seharusnya menjadi cambuk optimisme yang harus ada dalam diri umat Islam,” lanjutnya.

“Kita dididik untuk menjadi generasi yang optimis. Kiamat tidak ada yang tahu, sebab hal tersebut adalah rahasia Allah.”

Ia juga mengaitkan bahwa di masa Abu Bakar, ada sebanyak 1200 penghafal Alquran meninggal. Namun Sayyidina Umar justru datang, inilah saatnya kita melakukan modifikasi.

Saat itu tulisan Alquran belum terkumpul. Kemudian, dikumpulkanah tulisan-tulisan Alquran sehingga pada Masa Usman Bin Affan, Alquran sudah terkumpul.

Jejak Optimis dari Umat Muslim Terdahulu

Jika dilihat dalam konteks saat ini, optimisme selalu dibangun oleh para pendahulu Islam, bukan sebaliknya. Habib Husein menjelaskan bahwa wafatnya ulama menandakan ilmu akan dicabut dari para ulama tersebut.

Sikap optimisme yang harus ditanamkan yakni melahirkan generasi baru, ulama baru, yang akan melanjutkan estafet keulamaan yang telah wafat.

Mengilhami apa yang disampaikan Habib Husein tersebut, mari kita belajar, mengaji, dan berdakwah. Mengabadikan ilmu agar tidak seutuhnya dicabut seiring meninggalnya para ulama kita.

Kita dituntut untuk terus belajar, hadir ke majelis ulama yang masih hidup, mengkaji karya-karya ulama yang sudah wafat. Ilmu bisa jadi dicabut jika kita tidak melanjutkan estafet keulamaan tersebut.

Ini juga pertanda bahwa kita selama ini kita tidak menghomrati ulama sehingga kita begitu sedih ketika ditinggalkan. Akan tetapi semasa hidupnya, justru kita mengabaikan. Kita tidak mendatangi mereka untuk mengaji, tidak membantu, tidak mendatangi untuk memfasilitasi kebutuhan mereka.

Melanjutkan Peran Ulama Agar Ilmu Tetap Terikat

Bangun optimisme kedua, yaitu memfasilitasi ulama yang masih ada untuk terus menularkan ilmu-Nya. Sebagai generasi muda, kita bisa memfasilitasi para ulama melalui media digital.

Jangan kemudian ketika wafat kita hanya menangisi. Mari kita kaji lagi karya ulama yang sudah wafat, kemudian bisa kita tulis kembali dan sebarkan melalui youtube dan media sosial lainnya. Agar ilmu tidak dicabut oleh Allah dari negeri kita.

Selanjutnya, kita masih belum benar-benar meyakini bahwa Covid-19 ancaman yang nyata sehingga kita masih sowan, dan bertemu. Padahal itu harus dihindari pada saat covid-19 karena cukup membahayakan kesehatan diri.

“Jangan undang ke majelis sehingga menyebabkan mereka harus hadir dalam suatu majelis sehingga menyebabakan tertular dan menyebabkan tertular covid-19. Mari jaga mereka agar tidak tertular.” Demikian disampaikan Habib seraya berderai air mata dalam videonya.

Muallifah

Mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Penulis lepas

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *