Bagaimana Pandangan Islam Tentang Mimpi?
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam kajian Islam, kemampuan menafsirkan mimpi dianggap sebagai anugerah yang diberikan kepada para nabi dan orang-orang tertentu. Enam bulan sebelum Nabi Muhammad mendapat wahyu yang pertama, beliau bermimpi dan ternyata terbukti kebenaran mimpinya. Kisah-kisah dalam al-Qur’an pun tidak sedikit yang mengkaitkan mimpi dengan peristiwa-peristiwa besar.
Kisah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah Swt untuk menyembelih Ismail, anaknya, diperoleh melalui mimpi. Kisah kehidupan Nabi Yusuf dan keluarganya terkait erat dengan mimpi. Runtuhnya kekuasaan Fir’aun juga di awali dengan mimpi yang dialaminya.
Mimpi yang dialami oleh orang yang bukan nabi, menurut Rasulullah Saw dibagi dua jenis, yaitu al-ru’ya yang datangnya dari Allah dan al-hilm yang datangnya dari setan. Mimpi baik yang dialami orang shaleh adalah salah satu dari 64 tanda kenabian. Abdul Muthalib, kakeknya Rasulullah Saw., menemukan dan menggali sumur zamzam, setelah tiga kali mendapat al-ru’ya.
Jika seseorang bermimpi mendapat perintah tertentu, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum syara’ dan keimanan, mungkin itu semacam petunjuk dari Allah kepadanya.
Namun, bila seseorang mendapat mimpi bertentangan dengan keimanan. Seperti mimpi mendapat wahyu dan menobatkannya sebagai nabi, mimpi diberi mukjizat sehingga bisa mengobati orang sakit dengan cara-cara yang tidak masuk akal. Ataupun bermimpi mendapat perintah Tuhan untuk membunuh anaknya, maka itu pasti mimpi yang datang dari setan (al-hilm).
Mimpi Bisa Menjadi Gambaran Atad Apa yang Terjadi
Kadang mimpi juga bisa menjadi gambaran dari apa yang akan terjadi. Inilah yang menurut para ahli disebut Precognitive Dream. Yaitu sebuah mimpi yang memberikan kepada seseorang informasi mengenai apa yang akan terjadi di masa depan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Baylor menemukan bahwa 52 persen masyarakat percaya dengan Precognitive Dream. Bahkan sebuah survei pernah menemukan adanya 66 persen responden yang mengalami precognitive dream yang akurat.
Jadi, mimpi bukan sekedar bunga tidur yang hanya memberi batas pengharapan ataupun hiburan dari semua hal yang tidak bisa diwujudkan dialam realitas. Tetapi, mimpi juga bisa menjadi petunjuk Allah Swt yang diberikan kepada hambanya.