Abdul Mu’ti dan Polisi Tidur
HIDAYATUNA.COM – Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti merupakan salah satu intelektual muslim dengan banyak karya. Selain itu ia dikenal sangat humoris, sebagaimana unggahannya di media sosial yang mengundang gelak tawa.
Baru-baru ini ada sebuah humor yang diunggah oleh sosok yang menolak diangkat menjadi Wamendikbud ini. Humor itu berkaitan dengan polisi. Entah apakah ada hubungannya apa tidak dengan rencana calon kapolri yang jelas unggahannya sangat cerdas.
Istilah polisi tidur sangat populer. Entah siapa yang pertama kali memperkenalkan. Kenapa dinamai polisi tidur? Kenapa tidak satpam tidur?
Polisi tidur ada di mana-mana, terutama di jalan kampung atau komplek perumahan. Tujuannya jelas. Agar agar pengguna jalan tidak ngebut.
Tetapi di mata masyarakat, polisi tidur memiliki makna yang berbeda-beda. “Polisi memang hebat dan penuh pengabdian. Tidur saja masih bisa menjaga ketertiban.” Demikian penilaian pecinta polisi.”
Bagi yang tidak suka pada polisi akan berkata: “Polisi memang payah. Jangankan terjaga, tidur saja masih bikin susah.”
Anda termasuk yang mana? Saya tidak perlu tahu. Yang penting anda masih bisa tertawa.”
Menyoal asal-usul istilah yang tidak jelas muaranya. Ada dua pandangan perihal polisi tidur. Bagi pecinta polisi akan mengganggap polisi tidur berjasa menjaga ketertiban. Tapi bagi yang tidak suka menganggap sebaliknya.
Apa yang disampaikan Abdul Mu’ti ini ibarat perdebatan kubu penyuka bubur diaduk dengan penyuka bubur tidak diaduk. Seperti selera, pandangan seseorang terkait sesuatu hal adalah kebebasan selama tidak saling memaksakan pandangannya diterima atau diamini orang lain.
Daripada menyikapi serius apalagi sampai ngotot, Mu’ti lewat humornya seolah mengajak umat tertawa bersama, mevcari persamaan dan mengabaikan perbedaan pandangan yang ada.