Yeni Wahid Sebut Pemberdayaan Perempuan Bisa Cegah Radikalisme dan Intoleransi
HIDAYATUNA.COM, Jakarta — Usai acara Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang bertajuk ‘Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju’ di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, putri kedua mendiang president 4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, menilai bahwa perempuan memiliki peran penting dalam mencegah intoleransi dan radikalisme berkembang.
“Perempuan punya potensi untuk mencegah radikalisme ketika dia diberdayakan, ketika dia dikuatkan, disadarkan tentang perannya untuk menjaga perdamaian, untuk menciptakan masyarakat yang damai,” ungkapnya kepada awak media, Senin (23/12/2019).
Selain itu, ia menuturkan bahwa belakangan ini terjadi perkembangan terhadap peran perempuan dalam aksi terorisme. Perempuan, lanjutnya, memiliki porsi lebih besar dalam aksi-aksi tersebut, misalnya dengan menjadi pelaku bom bunuh diri. Langkah pertama untuk mencegahnya adalah memperlakukan perempuan dan laki-laki secara setara.
“Kita harus memperlakukan laki-laki dan perempuan secara setara, dalam hal ini artinya dua-duanya bisa berpotensi menjadi orang-orang yang intoleran dan radikal. Jadi jangan lengah,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perempuan akan menjadi lebih kritis ketika diberdayakan dan disadarkan kepada hak-haknya. Dengan begitu, kaum perempuan dapat memberi sanggahan apabila diajak suami untuk melakukan tindakan radikal. Sebab, menurutnya, banyak perempuan yang ikut melakukan aksi teror karena diajak oleh suami. Hal itu pun dilihat sebagai bentuk ketaatan pada suami.
“Ketika perempuan diberdayakan, ketika perempuan disadarkan akan haknya, maka dia kemudian bisa lebih bersikap kritis, ketika diajak oleh suaminya untuk melakukan tindakan-tindakan radikal. Dari beberapa kasus yang kita lihat, banyak perempuan yang sekadar ikut suami atau didoktrin bahwa dia harus taat kepada suami,” jelasnya.
Begitu dengan keterlibatan anak-anak dalam aksi tersebut. Menurut Yenny, perempuan yang kritis juga berperan mencegah keterlibatan anak-anak dalam aksi teror.