Yel Islam Yes Kafir No Dampak Kebangkitan Populisme Agama
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan periode 2020-2024, Siti Ruhaini Dzuhayatin, menilai yel-yel “Islam yes kafir no” yang diajarkan oleh pembina pramuka di SD Timuran adalah dampak kebangkitan populisme agama.
“Populisme agama semakin menguat dalam situasi global. Selain itu, populisme agama juga menjadi ajang politisasi,” kata Siti kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (16/1/2020).
Ia menyebut protes wali murid terhadap yel-yel itu menandakan adanya ketidaknyamanan terhadap situasi tersebut. Sebelum media sosial berkembang seperti sekarang, orang yang mendengar hal itu lebih banyak menggerutu atau diam.
“Kini dengan adanya media sosial, orang bisa bersuara dan dampaknya meluas,” kata dosen Sosiologi Hukum, Hukum dan HAM, Hukum dan Gender Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Yel-yel itu menurut Siti sudah muncul sejak enam tahun lalu di Yogyakarta. Enam tahun lalu, Siti mendengar yel-yel serupa di taman kanak-kanak berbasis Islam di dekat rumahnya. Bunyi yel-yelnya adalah Islam Islam yes, kafir-kafir no. Cinta Islam sampai mati.
Siti kemudian mendatangi guru sekolah di TK tersebut dan memberikan penjelasan. Kepada guru tersebut Siti bicara bahwa anak-anak TK itu sedang belajar tentang hidup, kenapa harus menggunakan yel cinta Islam sampai mati.
Siti meminta guru tersebut untuk tidak menggunakan kafir-kafir no. Lalu yel-yelnya diganti menjadi Islam yes cinta Islam sepenuh hati.
“Yang lebih penting menanamkan di jiwa anak-anak untuk mencintai Islam yang mengajarkan kemanusiaan,” kata Siti.
Viralnya video yang tersebar di sejumlah grup WhatsApp dan media sosial berisi yel-yel bernada rasis dinilai memperkuat praktik intoleransi terjadi di Yogyakarta pada Jumat (10/1/2020).
Dalam video tersebut seorang pembina putri Pramuka dari Gunungkidul mengajarkan tepuk dengan kata “Islam yes, kafir no” di akhir tepuk saat memberikan pelatihan di SD Timuran, Prawirotaman Kota Yogyakarta
Pembina putri pramuka itu meminta maaf setelah salah satu wali murid memprotes. Saat itu, ia melihat praktik Pramuka dengan peserta murid di atas kelas anaknya. (AS/HIDAYATUNA.COM)