Buju’ Panaongan Penyebar Pertama Islam Sumenep-Madura?

 Buju’ Panaongan Penyebar Pertama Islam Sumenep-Madura?

HIDAYATUNA.COM, Sumenep – Sekitar 37 km dari jantung kota Sumenep, tepatnya di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, wisata bersejarah bernama Buju’ Panaongan ramai didatengi pengunjung.

Menurut Yant Kaiyt, salah seorang tokoh masyarakat di desa sekitar itu menceritakan bahwa sebelum menjadi tempat wisata pada tahun 1999 silam merupakan cikal bakal dari lahirnya Islam di Kabupaten Sumenep, sekaligus Pulau Madura, Jawa Timur.

“Keberadaan astah Buju’ Panaongan sudah ada diperkirakan sejak abad 11 masehi. Meski pada dasarnya silsilah dari Bujuk Panaongan adalah sejarah yang terputus. Sekali memang ada peziarah dari berbagai kabupaten yang juga datang ke astah ini, karena memang tempatnya ini sarat akan sejarah,” ungkapnya, di Sumenep, Senin (14/10/2019).

Jika keberadaan, lanjutnya, asta Bujuk Panaongan sebagai cikal bakal masuknya Islam di Madura. Tetapi, ia juga menerangkan semula Buju’ Panaongan tidak langsung serta merta menyebarkan agama Islam, karena kepercayaan masyarakat saat itu masih kental dengan pengaruh animisme, dinamisme, serta agama Hindu dan Budha.

“Jika langsung menyebarkan tentu sangat membahayakan, jadi para wali atau Buju’ itu mula-mulanya hanya berinteraksi saja,” terangnya.

Pria kelahiran 1971 itu juga menambahkan bahwa alasan mengapa Buju’ Panaongan itu menjadi tempat yang diminati untuk berziarah? Karena berkaca pada pelabuhan terbesar yang ada di Pasongsongan, yang dekat dengan desa Panaongan, kemudian orang-orang Arab membentuk komunitas di sepanjang pesisir pantai.

“Di Buju’ itu, dulu adalah bekas pasar, dan tempatnya di sana yang kemudian berdiri pesantren. Sementara keberadaan komunitas Arab itu sendiri, kemudian berbaur dengan masyarakat lokal di Panaongan, sehingga lambat laun komunitas tersebut kemudian diterima hingga masyarakat banyak yang menyatakan ke-Islam-an mereka,” paparnya.

Konon, menurutnya, setelah adanya penyakit Tha’un (Sejenis penyakit kusta dan lepra yang membuat para penderitanya mati mendadak), banyak para etnis Arab yang meinggal dunia yang kemudian pindah ke berbagai daerah, salah satunya ke desa Tambak Agung, Ambuten, Sumenep.

“Sementara, sebagian keturunan Buju’ Panoangan juga pindah entah ke mana. Mereka tidak diketahui kepindahannya. Seandainya masih di wilayah Madura kemungkinan sejarahnya tidak terputus,” terangnya.

Bagi warga Sumenep khususnya Madura, harapnya, tidak boleh melupakan beberapa ritus-ritus sejarah Islam termasuk pula Buju’ Panaongan sebagai jujukan wisata religi.

“Kenali dulu sejarahnya, jadi semisal mau ke astah tinggi atau tempat wisata lainnya sebaiknya kunjungi wisata bujuk panaongan yang memang sebagai simbol asal muasal keberadaan Islam di Madura,” pungkasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *