Yai Said Sebut Dunia Butuh Ajaran Islam Moderat
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2022, KH. Said Aqil Siradj mengatakan dunia sedang menaruh harapan besar pada Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak.
Sebab menurut Kiai Said Indonesia memiliki wajah keislaman moderat, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Hal itu dia sampaikan dalam acara diskusi kebangsaan sekaligus serah terima pergantian kepemimpinan baru Direktur Ekskutif SAS (Said Aqil Siradj) Institute, yang sebelumnya dijabat oleh Imdadun Rahmat, kemudian digantikan oleh Sadullah Affandy.
“Hari ini umat Islam di dunia tak bisa lagi mengharap kebangkitan Islam dari negara-negara Arab di Timur Tengah. Umat Islam di sana saling berperang dan memusuhi. Sejak terbentuknya negara bangsa, dunia telah berubah. Saat ini dunia sedang menaruh harapan besar pada Indonesia,” kata Kiai Said di Jakarta, dikutip dari Antara, Ahad (04/09).
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said mengulas panjang lebar sejarah keruntuhan kekhalifahan Islam (Turki Utsmani), kemudian munculnya negara-bangsa, hingga tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit kelompok Islam radikal yang nyaris membawa kehancuran dan keruntuhan Islam di Timur Tengah.
“Jika tidak ada Al-Azhar di Mesir, di Timur Tengah dan NU di Indonesia, Islam dan umat Islam akan mudah dibawa ke tubir kehancuran,” ujarnya.
Ia menyebut Indonesia beruntung memiliki ulama besar bergelar pahlawan nasional, seperti K.H. Hasyim Asy’ari yang menurutnya berhasil menyatukan keislaman dengan kebangsaan, yang dapat menjadi fondasi dan perekat bagi kesatuan umat. Di Timur Tengah, kata Said, Islam dan nasionalisme tidak bisa disatukan dan bisa saling membelakangi.
“Di Timur Tengah kita tidak akan menemui orang seperti Hasyim Asy’ari yang merupakan seorang ulama sekaligus nasionalis. Di Timur Tengah, tempat kelahiran Islam, ulama, dan nasionalis memiliki agenda dan perjuangannya sendiri-sendiri,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Kiai Said, pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari hubbul wathan minal imanatau cinta tanah air bagian dari iman, bukanlah rumusan yang sederhana karena di dalamnya mengandung penegasan nasionalisme memiliki basis teologi di dalam Islam. []