Waspada Kemusyrikan Berbalut Modernitas: Dukun Vs Pajero, Apa Bedanya?
HIDAYATUNA.COM – Kemusyrikan sejak jaman dahulu menjadi musuh besar dalam Islam sebab menduakan Tuhan, yakni Allah SWT. Diawali dengan penyembahan berhala, kemusyrikan melegenda hingga sekarang.
Lalu datanglah Islam yang menegaskan bahwa Tuhan itu Esa (tunggal), Allah SWT. Dia-lah yang patut disembah, tiada yang lain selain Allah Azza Wajalla sehingga perilaku kemusyrikan diharamkan.
Pada jaman tradisional, perilaku musyrik ini ditandai dengan pergi ke dukun. Banyak persoalan hidup yang menjadi latar belakang kemusyrikan terjadi.
Bukannya berdoa dan memohon petunjuk pada Tuhan, melainkan malah mengadu ke dukun berharap segala keinginannya terpenuhi. Padahal kita tahu sendiri bahwa semua yang di dunia ini hanyalah titipan-Nya, semua terjadi atas kehendak-Nya.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al Baqarah berikut ini:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)
”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2] : 21-22)
Dari Jaman Mantra Sampai Jadi Hoaks
Jaman semakin modern, alat-alat teknologi digital semakin canggih namun hal itu tak menghentikan kemusyrikan. Pelan-pelan kemusyrikan juga semakin bergeser menuju modernitas. Sebut saja saat ini banyak yang lebih percaya pada alat-alat teknologi yang dapat menyembuhkan penyakit dengan instan.
Hal itu pun diburu masyarakat sampai ke pelosok desa. Padahal penyakit itu bisa sembuh tentu atas izin Allah dengan apa-apa yang menjadi perantara-Nya.
Jika pun dengan alat instan tersebut kita disembuhkan dari segala penyakit atau virus, itu murni atas kehendak Allah SWT. Sebab hanya Dia Sang Maha menghendaki segala sesuatunya sebagaimana SQ. Al An’am ayat 73.
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۖ وَيَوْمَ يَقُولُ كُن فَيَكُونُ ۚ قَوْلُهُ ٱلْحَقُّ ۚ وَلَهُ ٱلْمُلْكُ يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ ۚ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۚ وَهُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَبِيرُ
Wa huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq, wa yauma yaqụlu kun fa yakụn, qauluhul-ḥaqq, wa lahul-mulku yauma yunfakhu fiṣ-ṣụr, ‘ālimul-gaibi wasy-syahādati wa huwal-ḥakīmul-khabīr
Artinya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Memang kita ke mana-mana tak lagi mengantongi jimat tapi banyak dari kita yang tidak sadar bahwa ponsel pintar, atau ‘kalung tertentu’ misalnya yang menempel pada tubuh kita sama dengan jimat. Jika terlalu mengagung-agungkannya, takut kalau ketinggalan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Lalu apa bedanya juga dukun dengan berita hoaks?
Manusia modern cenderung akan lebih cepat percaya pada apa yang menjadi opini orang banyak. Tak salah jika kemudian banyak orang-orang hebat yang memanfaatkan isu dan penggiringan opini.
Hanya dengan susunan kata yang dirangkai menjadi sebuah kalimat, Anda dengan mudah terperdaya oleh berita hoaks tanpa cek kebenarannya.
Tidak jauh beda dengan dukun yang memberikan mantra-mantra, bukan.
Dukun Vs Pajero
Meminjam kalimat Yaser Muhammad Arafat, Dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga dan peminat kebudayaan yang mengatakan bila dulu kemusyrikan dekat dengan anak muda. Yaitu mereka yang hatinya sedang berbunga-bunga karena jatuh cinta pada seorang wanita.
Lantas mencoba mendekati gadis tersebut namun tak disetujui orangtua si gadis atau ketika mengungkapkan cinta pada pujaan hatinya lalu ditolak. Pergilah ia ke dukun untuk meminta pertolongan agar takluklah hati si gadis impian. Sebagaimana istilah ‘Cinta Ditolak Dukun Bertindak’. Naudzubillahi min zalik.
Lalu apa hubungannya dengan pajero? Tampaknya semakin banyak orang yang menyadari bahwa pergi ke dukun ialah perilaku kemusyrikan yang berat hukumannya.
Bahkan ulama menyatakan bahwa orang yang pergi ke dukun dan percaya dengan dukun salatnya tidak diterima selama 40 malam. Sampai ia bertaubat.
Nabi Muhammad Saw: “Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan diterima salatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim).
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu kemudian membenarkannya, dia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Awas! Roda Modernitas Ditunggangi Iblis Penggoda Iman
Meleknya pemahaman agama yang dapat dengan mudahnya diperoleh masyarakat menjadi penanda kemajuan pola pikir orang awam. Namun sayangnya sifat ‘mendua’nya manusia itu tetap saja lekat. Tak sedikit kemudian yang terkecoh dengan godaan dunia untuk melanggengkan kemusyrikan secara tak sengaja maupun disengaja.
Otomatis tak perlu payah-payah membayar dukun, kerja keras saja sampai terbeli rumah rumah mewah dan mobil yang ‘wah’. Bisa jadi pemikat yang istimewa; dinikmati sendiri bisa, dipamerkan untuk memikat hati wanita dan orangtuanya juga bisa. Begitulah realitanya.
Perilaku kemusyrikan menjadi jalan pintas iblis untuk menggoda hati manusia agar semakin jauh dengan Rabb-Nya. Roda modernitas akan terus berputar dan iblis bisa saja menungganginya untuk menyesatkan kita sehingga menjadi menghamba pada dunia; materi dan segala hal yang menjauhkan diri dari-Nya.
Segala kemewahan yang kita ibaratkan dengan pajero, mobil mewah pemikat hati calon mertua, bisa menjadi jalan kemusyrikan jika kita terlampau mengimpikan dunia. Maka sudah sepantasnya kita memulihkan cacat logika yang bertahun-tahun kita derita.
Hidup bukan soal dunia saja, sebab mengejar roda modernitas yang terus berputar bukan jalan jauh dari kemusyikan. Malah bisa menjebak diri dalam realita yang tak terbayangkan.