Wanita Korban Perbudakan ISIS Angkat Suara Atas Tewasnya al-Baghdadi

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Setelah Abu Bakar al-Baghdadi tewas dalam Operasi Militer Amerika Serikat (AS), seorang wanita yang menjadi korban perbudakan ISIS 2014, Nadia Murad mengatakan kematian pimpinan ISIS dianggap belum cukup.
“Awalnya saya berbicara dengan ipar perempuan saya. Semua orang berkata, oke, tapi ini hanya Baghdadi, bagaimana dengan semua ISIS ini? Bagaimana dengan mereka yang memperkosa kita? Mereka masih memiliki anak perempuan kami, mereka masih memiliki anak, sekitar 300.000 Yazidi masih hilang, kami tidak tahu apa-apa tentang mereka,” ujar Murad kepada wartawan di markas PBB, Rabu (30/10).
Wanita yang meraih Nobel Perdamaian 2018 atas upayanya mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang itu mengatakan, beberapa saudara laki-lakinya dibunuh ISIS dan istri-istri mereka juga ditawan. Sejak 2010, Baghdadi memimpin kelompok jihadis.
“Ada banyak ISIS, mereka bergabung dengan Baghdadi dan mereka terus melakukan apa yang dia lakukan. Jadi bukan hanya Baghdadi, kita seperti ISIS seperti Baghdadi. Dan mereka tidak menyerah. Kami ingin melihat mereka dalam keadilan,” kata Murad dikutip Reuters.
Tim investigasi AS, mengumpulkan berbagai bukti atas kejahatan perang dan kejahatan HAM. Murad yang didampingi pengacara dari HAM Amal Clooney mendorong agar penyelidikan Tim investigasi AS dipermudah.
“Mereka yang ditangkap hidup-hidup harus dibawa ke pengadilan di pengadilan terbuka agar dunia bisa melihatnya. Keadilan adalah satu-satunya tindakan yang dapat diterima,” tulis Murad di Twitter.
“Kita harus menyatukan dan meminta pertanggungjawaban teroris #ISIS dengan cara yang sama seperti dunia mengadili Nazi di pengadilan terbuka di Pengadilan Nuremberg,” jelasnya.