Wajib Tahu! Beginilah Tahapan dalam Mempelajari Alquran

 Wajib Tahu! Beginilah Tahapan dalam Mempelajari Alquran

Membaca Alquran bukan bodoh (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Alquran adalah kitab suci umat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, diturunkan oleh Allah lewat perantara malaikat Jibril. Umat Islam mempelajarinya sejak dulu hingga detik ini.

Dalam sebuah hadis yang sangat populer disebutkan: sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkanya. Dalam perjalanannya, mempelajari Alquran memiliki beberapa tahapan.

Berikut adalah beberapa tahapan dalam mempelajari Alquran.

Tahap Belajar Membaca

Untuk bisa membaca Alquran secara baik dan benar dibutuhkan disiplin ilmu tertentu, yaitu ilmu Tajwid sehingga, seseorang dapat melafazkan ayat demi ayat. Pelafazan itu tentunya sesuai dengan lafaz yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.

Nabi Muhammad Saw setiap kali membaca dan mengajarkan Alquran kepada para sahabat tentu sama persis sebagaimana yang dibacakan oleh malaikat Jibril. Begitu selanjutnya, para sahabat mengajarkan Alquran sebagaimana mereka dapatkan dari Nabi Saw. Begitu seterusnya hingga sampai kepada para ulama saat ini.

Dewasa ini, sudah banyak metode belajar membaca Alquran. Pesantren sebagai pendidikan tertua, misalnya, sudah mengembangkan metode sedemikian mudah dan asyik.

Contoh populer adalah Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an, Kudus, Jawa Tengah. Di sana terkenal dengan metode Yanbu’a. Metode tersebut telah berhasil mencetak generasi Qur’ani bahkan sejak usia dini. Kini, metode tersebut telah digunakan diberbagai pesantren di Indonesia.

Tahap Menghafal Alquran

Menghafal Alquran adalah pekerjaan mulia, tetapi banyak orang yang tidak tertarik. Sebab, menghafal Alquran membutuhkan ketelatenan, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan, dan istikamah.

Maka dari itu, tidak sedikit orang yang mencoba menghafalkan Alquran berhenti di tengah jalan atau, baru mulai menghafal sudah merasa tidak sanggup menyelesaikan. Frustasi, merasa jenuh dan bosan.

Orang yang menghafalkan Alquran harus memiliki himmah, keinginan kuat. Disamping itu, ia membutuhkan metode dan pendampingan khusus dalam menghafal, seperti masuk pesantren yang basicnya hafalan Alquran. Sebab, belajar Alquran itu membutuhkan sanad yang jelas sampai kepada Nabi SAW. Tidak boleh sembarangan.

KH Nawawi Abdul Aziz, pendiri Pondok Pesantren An Nur Bantul, dalam buku biografinya mengungkapkan bahwa menghafalkan Alquran itu wajib hukumnya. Akan tetapi, batas wajib itu bukan pada 30 juz hafal secara utuh.

Beliau menyebutkan hafal Alquran itu bisa beberapa surat, beberapa juz dalam Alquran. Bahkan hafal surah al-Fatihah pun sudah bisa disebut hafal Alquran.

Menghafal Alquran itu penting bagi Muslim. Surah al-Fatihah, misalnya, digunakan untuk salat wajib. Jika seorang tidak hafal, bagaimana salatnya?

Disamping itu, faedah menghafal di antaranya adalah menjaga hati agar tidak kosong. Dalam kitab Tibyan disebutkan, hati yang kosong dari Alquran diibaratkan bagaikan rumah kosong, rusak tidak berpenghuni.

Prof Dr KH Said Aqil Siraj, MA menjelaskan di antara mukjizat Alquran adalah mudah dihafal. Sulit dipahami, tetapi tetap mudah dihafalkan semua orang. Anak kecil pun bisa menghafalkan dengan mudah, seperti di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an.

Anak kecil bisa menghafalkan satu lembar dalam satu jam saja. Bahkan dahulu kala, sejak zaman kenabian, ketika Nabi SAW membaca ayat Alquran, para sahabat langsung hafal.

Tahap Memahami Tafsirnya

Orang yang mempelajari Alquran tidak boleh puas dan berhenti hanya karena sudah bisa membaca bahkan menghafalkannya. Sebab, Alquran tidak sekadar dibaca dan dihafalkan saja, melainkan juga harus diketahui tafsirnya.

Hasan al-Basri pernah berkata bahwa setiap ayat yang telah diturunkan, Allah menghendaki agar seseorang mengetahui soal apa ayat itu turun, apa maksud ayat itu, dan seterusnya.

Ayat Alquran diturunkan Allah secara berangsur-angsur salah satu tujuannya adalah untuk menjawab peristiwa, kondisi, maupun situasi yang berlangsung saat itu. Alquran itu cocok, selaras di setiap zaman dan ruang-ruang yang berbeda.

Di sinilah letak pentingnya memahami tafsirnya. Umat Islam perlu belajar memahami makna dan isi kandungan ayat demi ayat dalam Alquran.

Sekarang ini, umat Islam telah dimudahkan dengan adanya kitab-kitab tafsir. Berbeda dengan zaman kenabian, apa-apa serba bisa langsung ditanyakan kepada Nabi Saw.

Beberapa kitab tafsir yang sering dipakai rujukan umat Islam antara lain: Tafsir al-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurthubi, dan Tafsir Jalalain. Di Indonesia, umat Islam memiliki rujukan favorit yakni Tafsir al-Misbah karya mufasir tanah Indonesia Prof Quraish Shihab.

Tahap Tadabur Ayat

Acapkali pembaca Alquran tidak merenungkan apa yang dibaca, atau cukup mendengarkan saja. Padahal tujuan ayat turun di antaranya adalah untuk tadabur, menghayati.

Sahabat Ali bahkan pernah berkata bahwasanya tidak baik ibadah yang tidak disertai ilmunya. Juga tidak baik membaca Alquran dengan tidak merenungkan kandungannya.

Dijelaskan dalam kitab at-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an bahwa para sahabat Nabi Muhammad yang hanya membaca satu ayat lalu diulang-ulang semalaman untuk tadabur. Bahkan dalam suatu cerita, ada sahabat pingsan karena khusyuk tadabur ayat tersebut.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Alquran itu salihun li kulli zaman wa makanin, selalu sesuai zaman dan tempat berada.

Tahap Pengamalan Alquran

Tentu ini adalah tahap akhir dari mempelajari Alquran. Semakin banyak ayat yang diamalkannya, maka semakin tinggi tingkat kesalehan seseorang.

Semakin banyak ayat yang diamalkan, maka semakin ia berakhlak mulia. Aisyah istri Nabi Muhammad pernah mengungkapkan bahwa akhlak Nabi Muhammad adalah Alquran. Selain berhasil mengajarkannya, Nabi Muhammad berhasil mengamalkan seluruh isi kandungan dalam Alquran.

Alquran adalah bacaan, tetapi bukan sekadar untuk dibaca. Kita bisa menghafalkannya, mempelajari tafsirnya, lalu tadabur pada ayatnya dan kita tidak boleh tidak mengamalkan isi kandungannya.

Sebab, dalam Alquran, ada banyak perintah yang patut kita kerjakan sebagai hamba Allah. Ada berbagai larangan yang mesti kita jauhi agar terhindar dari dosa-dosa dan siksa api neraka.

Ahmad Sangidu

IDU AHM, santri di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul. Aktif di berbagai komunitas literasi, salah satunya Rumah Membaca Indonesia. Beberapa tulisannya bisa dibaca online di beberapa media. Kontak dengannya bisa melalui email : ahmadsangidujogja@gmail.com

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *