Visi Pangeran Diponegoro Tentang Jawa Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Latar belakang Pangeran Diponegoro sebagai seorang bangsawan dan juga santri membuat Diponegoro memiliki visi khusus tentang Jawa Islam. Hal ini tampak pada konsep Ratu Adil menurut Pangeran Diponegoro. Yakni menggabungkan spirit dalam pandangan budaya Jawa dengan Islam.
Menurut Peter Carey tema Arjuna dalam “Babad Diponegoro” secara jelas memiliki arti penting. Diponegoro terlihat selalu menyadari makna serta peranan para Wali. Dirinya juga senantiasa mengambil peranan leluhurnya yakni Sultan Agung.
“Relevansi Sultan Agung untuk Diponegoro adalah dua. Pertama, sang Pangeran merasa ada kemiripan dengan keadaan yang sedang dihadapinya. Kedua, ia sangat mengagumi kedudukan sang raja Mataram sebagai pelindung spiritual Jawa.” Demikian diungkapkan Peter Carey dalam bukunya “Sisi Lian Diponegoro” dikutip Rabu (17/2/2021).
Lebih lanjut kata dia, dalam pengembaraan yang dilakukan Pangeran Diponegoro. Ia menggambarkan bagaimana pada suatu waktu dirinya mendapatkan wangsit dari Sunan Kalijogo yang meramalkan ia akan menjadi seorang raja. Tetapi bukan sebagai raja biasa melainkan sebagai seorang pengawas spiritual bagi semua penguasa duniawi di Jawa.
“‘Jabatan rangkap’ ini menunjukkan kedudukan sebagai seorang wali – orang spiritual yang dicintai Allah SWT. Sekaligus sebagai orang yang harus menjalankan hukum Islam dengan kekuasaan keduniaan,” jelasnya.
Itulah sebabnya, lanjut Peter Carey, Pangeran Diponegoro mengetengahkan Sultan Agung sebagai seorang alim seperti dirinya. Juga seorang raja yang sungguh-sungguh Islami yang telah menegakkan lima rukun Islam.
Dalam babad otobiografinya, Diponegoro menggambarkan bagaimana keterangan yang diberikan oleh Penghulu menyebabkan ia bisa menerangkan secara mendalam. Hal itu terkait makna pertemuannya dengan Ratu Adil yang terjadi pada 19 Mei 1824.
Dirinya juga mengerti bagaimana ia ditugaskan untuk memimpin prajurit Ratu Adil di Jawa. Misalkan dengan melandaskan kekuasaannya pada Alquran.