Viral Ngaji Alquran di Malioboro, Bagaimana Hukumnya?

 Viral Ngaji Alquran di Malioboro, Bagaimana Hukumnya?

Jenjang Setelah Hafal Al-Qur’an (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Beredarnya video viral Banda Wakaf Alquran di Yogyakarta yang menggelar kegiatan ngaji Alquran di pedestrian Malioboro sukses mencuri perhatian publik. Jika ini merupakan salah satu dari tujuan syi’ar, maka bisa dibilang mereka berhasil.

Namun, jika justru terjatuh pada pamer atau riya’, maka Islam sangat melarangnya. Terlepas dari hal itu, bagaimana Islam menanggapi soal ngaji Alquran di trotoar itu, bolehkah ngaji di tempat umum secara berjemaah?

Rasulullah Saw bersabda:

 اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ

Artinya: “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air. Beliau ditanya “Wahai Rasulullah, bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca Alquran.” (HR. Baihaqi)

Ngaji Alquran memang sangat dianjurkan, namun tidak juga dikerjakan di tempat-tempat umum karena dikhawatirkan akan mengganggu fungsinya dan orang lain. Apalagi Indonesia memiliki 6 agama sehingga tidak semua warganya Muslim.

Mengingat tempatnya, selain memiliki fungsi publik di mana banyak kegiatan di lakukan di sana. Dalam kasus ngaji Alquran di Malioboro ini, tempat yang digunakan belum tentu benar-benar suci dari najis.

Beribadah Tanpa Riya’

Sementara dalam syariat Islam, membaca Alquran dianjurkan dilakukan di tempat yang bersih, dalam keadaan suci dan dibaca pelan-pelan.

Syekh Abu Bakar Al-Jazairi dalam Minhajul Islam, salah satu adab membaca Alquran adalah dengan membacanya secara lembut dan tersembunyi. Dikutip dari Republika, aturan ini ditetapkan untuk menghindari kekhawatiran bacaannya dapat mengganggu orang lain, memunculkan sifat riya (ingin dilihat agar dapat pujian) dan sum’ah (ingin didengar agar dapat pujian).

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda:

الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ، وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ ‏”‏ ‏.‏

Artinya: “Siapa yang membaca Alquran dengan suara keras maka seperti memberi sedekah terang-terangan dan siapa yang membaca dengan suara lembut maka seperti memberi sedekah secara rahasia.” (HR. Sunan Abi Dawud)

Menurut Syekh Abu Bakar Al-Jazairi, sudah maklum sedekah sebisa mungkin dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kecuali ada faedah tertentu yang diinginkan. Begitu juga membaca Alquran.

Mengeraskan bacaan dibolehkan jika bacaan kita tidak mengganggu siapa pun, dan juga ketika tidak khawatir akan terjatuh dalam riya dan sum’ah. Dari ibunda ‘Aisyah RA beliau mengatakan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ يَرْحَمُهُ اللَّهُ لَقَدْ أَذْكَرَنِي كَذَا وَكَذَا آيَةً كُنْتُ أَسْقَطْتُهَا مِنْ سُورَةِ كَذَا وَكَذَا

“Nabi Saw pernah mendengar seseorang membaca (Alquran) di dalam masjid, lalu beliau bersabda: “Semoga Allah merahmati si Fulan. Sesungguhnya dia telah mengingatkanku tentang ayat ini dan ini, yakni ayat yang aku lupa dari surat ini dan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beribadah Menghormati Pengguna Lain

Ngaji Alquran di tempat umum sebisa mungkin dihindari jika bukan untuk tujuan syar’i tertentu dan jika ada masjid, itu tentu lebih baik membaca Alquran di dalamnya.

Barangkali jika tetap ingin mengaji di tempat umum seperti video viral ngaji Alquran di Malioboro, bisa mencari tempat tersendiri dan berkelompok. Hal ini lebih memungkinkan untuk diterima masyarakat karena pertama, tentu tidak mengganggu fungsi tempat tersebut.

Kedua, tidak mengganggu pengguna tempat yang lain sehingga bisa menjalankan aktivitas masing-masing secara beriringan. Apalagi Malioboro dikenal sebagai tujuan wisata domestik dan mancanegara, menjadi lahan pekerjaan bagi pedagang yang ingin menafkahi keluarganya, dan masih banyak lagi alasan masuk akal lainnya.

Dari video viral ngaji di Malioboro ini kita bisa mengambil hikmah mengenai pentingnya kesadaran dalam menjalankan ibadah. Sebab, ibadah itu bukan hanya habluminallah, melainkan memberi kemudahan dan toleransi kepada sesama juga bisa menjadi ibadah (habluminannas).

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *