Uwais Al-Qarni, Pemuda Berbakti yang Rawat Ibu Seorang Diri

 Uwais Al-Qarni, Pemuda Berbakti yang Rawat Ibu Seorang Diri

Apakah Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Ada Batasannya? (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kisah viral pemuda berbakti yang rawat ibunya seorang diri di Jakarta di awal tahun 2023 ini mengundang perhatian warganet. Tiko, pemuda 23 tahun yang putus sekolah sejak 1 SMP itu menjadi buah bibir masyarakat lantaran ketulusannya merawat sang ibu yang depresi berat.

Kisah Tiko yang berbakti merawat ibunya itu seolah menjadi tamparan keras anak-anak yang hidup di era millennial.

Pasalnya, anak muda zaman sekarang justru banyak yang enggan mengurus orangtuanya dan memilih menitipkan ibu atau ayahnya yang renta di yayasan.

Di sisi lain, kisah tentang pemuda yang berbakti merawat ibunya yang sakit ini juga mengingatkan kita pada sosok sahabat Nabi.

Dia adalah Uwais Al-Qarni, mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir bin Jaza’ bin Malik Al-Qarni.

Ia datang dari Yaman dan menjadi yatim sejak lama. Belum ada sejarah yang penulis temui dan mengisahkan mengenai ayahnya.

Ia hanya hidup berdua bersama ibunya yang sudah renta dan lumpuh, tidak jauh beda dengan sosok Tiko.

Bedanya, jika Tiko sembari merawat ibunya yang renta dan mengidap gangguan jiwa, ia bekerja menjaga keamanan di lingkungan tinggalnya.

Pemuda yang viral di kalangan penduduk langit ini, Uwais, bekerja sebagai penggembala kambing.

Memang upah dari menggembala kambing tak seberapa, namun dari uang itulah ia hidup dan menghidupi ibunya.

Malah dia masih sempat membantu tetangganya yang sama kekurangan dengan dirinya.

Uwais Al-Qarni dikenal sebagai pemuda yang amat berbakti pada ibunya di masa Rasulullah saw.

Hampir semua keinginan sang ibu ia wujudkan, namun ada satu keinginan yang sulit ia wujudkan.

Sang ibu ingin sekali berhaji, sementara perjalanan untuk sampai ke Mekah begitu jauh dan panas.

Mereka harus melewati padang pasir yang tandus, dan ibunya sudah tak mampu berjalan jauh.

Mereka juga tak punya unta peliharaan seperti orang-orang tajir pada masanya, yang digunakan untuk mengangkut perbekalan yang banyak ke Mekah, dan membawa mereka sampai ke sana.

Alhasil, ia menemukan cara agar bisa membawa ibunya berangkat haji. Ia pun membeli seekor anak lembu,

Uwais membuatkan kandang anak lembu tersebut di atas bukit. Setiap hari ia bolak-balik menggendong lembu itu untuk sampai ke bukit guna menggembala dan mengistirahatkannya.

Lembu itu memang tidak bisa mengangkut Uwais atau pun ibunya di usia yang baru beberapa bulan.

Namun, dengan anak lembu itulah Uwais berlatih agar bisa menggendong ibunya ketika berangkat ke Mekah.

Begitu berbaktinya Uwais pada sang ibu, hingga tibalah saat ia berangkat haji dengan ibunya. Ia menggendong ibunya sepanjang perjalanan dari Yaman ke Mekah.

MasyaaAllah, begitu besar cintanya pada sang ibu sebagaimana Tiko, pemuda berbakti yang selalu berusaha mewujudkan impian ibunya.

Sebagaimana Tiko yang berasal dari keluarga berada dan berintelektual tinggi, Uwais hidup sangat sederhana dan bersahaja. Ia tinggal di tengah-tengah masyararakat awam.

Uwais juga tidak terkenal, tak satu pun penduduk setempat mengenal siapa Uwais sebenarnya. Justru Uwais kerap mendapat cibiran dan ejekan dari mereka.

Meski demikian, Uwais di lingkungannya tetap sering mengikuti halaqah zikir.

Bahkan ketika Uwais berzikir, salah seorang warga Kufah tempatnya menetap bersaksi, jika zikir yang diucapkan Uwais sangat merasuk ke hati sanubari anggota halaqah lainnya.

Setelah Umar bin Khattab menceritakan mengenai siapa Uwais Al-Qarni, ia pun mulai dikenal dan viral sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Lalu ia bergabung dalam perang Shiffin di barisan Ali bin Abi Thalib.

Seseorang berseru ketika perang Shiffin berkecamuk,

“Apakah di barisan pasukan ini ada Uwais Al-Qarni?”

Mereka kemudian melihat Uwais di barisan Ali bin Abi Thalib, dan telah terbunuh.

Meski beberapa sumber menyangsikan peristiwa wafatnya Uwais di perang Shiffin tersebut, namun ia menjadi salah satu tokoh ahli zuhud dan teladan, ia sebaik-baik tabi’in.

Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Muslim dari Umar bin Khattab ra.

Sesungguhnya sebaik-baik tabiin adalah seorang lelaki yang bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, ia juga memiliki tanda putih, suruhlah ia untuk memintakan ampun bagi kalian.” (HR. Muslim)

Umar bin Khattab ra juga pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,

Kelak akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman dari kabilah Murad dari golongan Qarni, dulu ia pernah terkena penyakit belang lalu ia sembuh dari penyakit itu kecuali yang tersisa tempat sebesar ukuran satu dirham, ia memiliki ibu dan ia sangat berbakti kepadanya, seandainya ia memohon atas nama Allah pasti Ia akan mengabulkannya, bila kamu bisa mintalah ia untuk memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.” (HR Shahih Muslim)

Kisah pemuda berbakti yang rawat ibunya di era milenial itu mengingatkan kita pada kisah pemuda yang sama dan hidup di masa Rasulullah saw, Uwais Al-Qarni. Hal ini patut kita syukuri dan teladani.

Di tengah banyaknya anak yang memilih menitipkan orangtuanya di panti jompo, Tiko justru memilih untuk berbakti dan merawat ibunya dengan meneladani sikap Uwais Al-Qarni.

Semoga semakin banyak pemuda berbakti seperti Uwais Al-Qarni, dan makin banyak Tiko-Tiko yang lain di akhir zaman ini. []

Pipit Enfiitri

https://hidayatuna.com/

Suka menulis hal-hal random yang dekat dengan dirinya.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *