MUI: Terlihat Upaya Menghilangkan Jejak Islam Dalam Sejarah Indonesia

 MUI: Terlihat Upaya Menghilangkan Jejak Islam Dalam Sejarah Indonesia

HIDAYATUNA.COM – Melihat kondisi situasi nasional yang akhir-akhir ini carut marut tema Peran Umat Islam yang terlupakan dalam Pembentukan Negara RI menjadi pilihan dalam diskusi MUI. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia MUI Din Syamsudin menyebut ada upaya menghilangkan jejak Islam dalam sejarah Indonesia.

“Sangat dirasakan, sangat jelas ada upaya menghilangkan jejak Islam di kebangsaan kita sebagaimana yang saya sampaikan tadi fakta-fakta yang tidak banyak dikemukakan,” kata Din usai diskusi bertajuk “Peran Umat Islam yang terlupakan dalam Pembentukan Negara RI” di gedung MUI, Kawasan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/19).

Din pun menyebut beberapa contoh seperti bendera merah putih yang sudah ada dan disimpan lama oleh seorang Kiai. Dan, bendera merah putih itu, lanjut Din, seperti dijelaskan Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara, sudah ada 80 tahun sebelum Indonesia merdeka. Termasuk juga saran tanggal kemerdekaan Indonesia yang diberikan oleh tokoh Islam.

“Tadi ya (dijelaskan Mansur Suryanegara) betapa bendera Merah Putih itu sudah disimpan dimiliki 80 tahun sebelum Indonesia merdeka oleh seorang Kiai, betapa tanggal 17 Agustus 1945 adalah bentuk dari hasil permenungan dari seorang Kiai,” paparnya.

“Betapa fakta sejarah rumah tempat Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus  1945 itu rumah seorang keturunan Arab yang berstatus Habib, ini kan nggak pernah dikemukakan.”

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah juga menceritakan sosok Sekarmadji Maridjan  Kartusuwiryo yang tertulis sebagai pemberontak di buku sejarah. Padahal, tutur Din, pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) merupakan pejuang kemerdekaan.

“Betapa tadi dikemukakan (Mansur Suryanegara,red) Kartosuwiryo yang dituduh dalam sejarah  dan akhirnya dieksekusi, dianggap memberontak. (Kartosuwiryo) itu mendapat mandat dari Soekarno secara tertulis agar mempertahankan Jawa barat dari golongan yang tidak suka terhadap kemerdekaan.”

“Tadi dia (Mansur Suryanagara) bilang selama masih ada komunis maka DI/TII tidak akan bubar. Ini kan fakta sejarah,” lanjutnya.

Karena itu, Din mengingatkan agar tidak ada pihak-pihak yang mencoba memisahkan keislaman dengan kebangsaan.

“Bahwa keislaman dan Kebangsaan tidak terpisahkan. Maka perlu Kita berjuang untuk integrasi dalam bingkai NKRI yang Berdasarkan Pancasila,” Dia juga menyebut, kongres umat Islam Indonesia yang akan datang pada 2020, ada baik tema tentang sejarah untuk dibicarakan. Hal ini dalam rangka meluruskan sejarah bangsa. “Dan sekaligus hal yang sama, umat Islam harus meluruskan kiblat bangsa sesuai cita-cita nasional,” tukas dia.

(Sumber telusur.co.id)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *