Unjuk Rasa di Sudan Pecah Menentang Kudeta Militer
HIDAYATUNA.COM, Wad Madani – Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di seluruh Sudan untuk menentang kudeta militer dan menuntut pembebasan tahanan.
Protes menyerukan pemerintahan sipil di Sudan tak terbendung meskipun ada intervensi dari pemerintah sejak perebutan kekuasaan yang dipimpin panglima militer Abdel Fattah al-Burhan.
Sebelumnya, kudeta itu memicu kecaman internasional yang meluas dan menjadikan tersendatnya bantuan dari beberapa negara.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (22/02/2022) setidaknya 82 orang tewas dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung Seni (21/2) lalu. Banyak dari mereka ditembak mati, dan ratusan lainnya terluka oleh pasukan keamanan.
“Jumlah orang yang ditahan telah melebihi 200,” tulis pernyataan yang dirilis Senin (21/02) oleh sekelompok pengacara pro-demokrasi Sudan.
Dalam tuntutannya, mereka meminta beberapa tahanan untuk dibebaskan. Diantaranya terdapat beberapa tokoh politik dan aktivis anti-kudeta.
Pengacara pro-demokrasi Enaam Attik mengatakan pihak berwenang telah memerintahkan agar lebih dari 40 orang ditangkap dalam penumpasan protes anti-kudeta.
Selama demonstrasi Senin lalu, para pengunjuk rasa meminta militer “untuk kembali ke barak” di kota Wad Madani, selatan Khartoum.
Di negara bagian Gadarif timur mereka meneriakkan, “Warga sipil adalah pilihan rakyat”, menurut saksi Amal Hussein, seperti dikutip oleh kantor berita AFP.
Para pengunjuk rasa juga berbaris di luar gedung pemerintah di kota Port Sudan di Laut Merah tetapi pasukan keamanan memblokir rute mereka dengan gas air mata, menurut saksi mata.
Di negara bagian perbatasan timur Kassala, seorang pemuda peserta pengunjuk rasa meneriakkan, “Tidak, tidak untuk aturan militer” saat mereka menuju pangkalan militer di kota, kata saksi mata Hussein Idris.
Pasukan keamanan di ibu kota Khartoum menembakkan gas air mata ke ratusan pengunjuk rasa yang mencoba masuk di area istana kepresidenan.