Universitas Pertama Di Dunia Dibangun Oleh Seorang Wanita
Tahukah Kalian Jika Ternyata Universitas Pertama di Dunia Itu Dibangun Oleh Seorang Wanita. Siapa Dia? Simak Selengkapnya di Sini
Sejarah Pendirian
Banyak yang mengatakan jika universitas tertua di dunia adalah Oxford di Inggris dan ada pula yang mengatakan Al Azhar di Kairo, Mesir. Namun, bila kita menelisik dan membuka kembali literatur sejarah Islam, terdapat sebuah universitas yang telah dibangun oleh seorang wanita muslim pada masa kejayaan Islam diabad pertengahan.
Adalah Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko yang didirikan oleh seorang wanita bernama Fatimah al Fihri. Universitas ini didirikan pada tahun 859 dan masih eksis hingga saat ini. Universitas ini juga telah tercatat di Guiness World Records sebagai universitas tertua di dunia. Universitas ini telah banyak menghasilkan sarjana yang sangat mempengaruhi sejarah intelektual dan akademik dunia Muslim dan Yahudi. Dianataranya adalah Ibnu Rushayd al-Sabti, Abu Imran al-Fasi dll.
Fatimah al Fihri adalah seorang muslimah kaya dari Tunisia yang mewarisi seluruh harta kekayaan ayahnya, Mohamed bin Abdullah Al Fihri. Setelah kematian sang ayah, ia berencana membangun sebuah masjid dan lembaga pendidikan dengan niat memajukan pendidikan masyarakat yang ada di Fez, Maroko.
Pada awalnya Al-Qarawiyyin adalah bagian dari masjid yang dibangun Fatimah al Fihri. Bangunan masjid dibuat berupa ruangan luas dan beberapa bilik untuk ruang pengajaran dan perpustakaan. Universitas ini kemudian berkembang dengan menambahkan ruang asrama dan laboratorium. Selama pembangunan masjid dan lembaga pendidikan ini, Fatimah al Fihri terus berpuasa, hingga akhirnya pembangunan selesai dan ia menjadi orang pertama yang melaksanakan shalat di masjid ini.
Universitas ini mengembangkan sejumlah disiplin keilmuan seperti agama, tahfidz, al-qur’an, tata bahasa arab, matematika, musik, kimia, hukum islam, sufisme, pengobatan, astronomi, pembelajaran debat politik, serta ilmu alam. Saat perluasan bangunan universitas ini selesai dibangun, para pelajar memiliki ruang dan tempat yang lebih baik untuk melakukan riset ilmiah. Tempat ini kemudian menarik perhatian dan menjadi magnet bagi seluruh pencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.
Pada masa abad pertengahan, universitas ini berperan penting sebagai mediasi kebudayaan dan pengetahuan antara umat Islam dan masyarakat Eropa. Bahkan pada abad ke-14, sebanyak 8000 mahasiswa dari Eropa dan Mesir belajar di perguruan tinggi ini.
Al-Qarawiyyin memainkan peranan penting bagi penyebaran Madzhab Maliki, satu dari empat madzhab besar pemikiran Sunni Islam. secara umum, pengelolaan universitas ini dijalankan di bawah kewenangan Gubernur dan hanya Sultan lah yang dapat dan berhak mengangkat pengajar. Meski demikian, para mahasiswa di universitas ini diberikan kebebasan untuk memilih pengajar dan kurikulum yang diinginkan.
Banyak diantara para ilmuan dan pemikir dunia lahir dari almamater universitas ini. Seperti Ibnu Khaldun, penulis buku Mukaddimah dan Paus Silvester II, alumnus yang berasal dari barat. Pemimpin vatikan yang juga diketahui sebagai pencipta angka Arab-latin yang juga sekaligus pakar budaya dan ilmu matematika dan astronomi.
Perpustakaan di Universitas Al-Qarawiyyin
Yang tak kalah menarik dari universitas ini adalah, keberadaan perpustakaannya yang dibangun sejak awal berdirinya dan masih dapat dikunjungi hingga saat ini. Yang membuatnya istimewa adalah, keberadaan manuskrip yang tak dimiliki oleh perpustakaan lainnya di dunia. Perpustakaan universitas ini memiliki banyak manuskrip bersejarah yang tidak dimiliki oleh perpustakaan manapun. Diantara manuskrip terkenal yang disimpan adalah Al-Muwatta dari Malik yang ditulis dalam perkamen kijang, ada pula salinan asli dari Al ‘Ibar milik Ibnu Khaldun, koleksi Al-Qur’an dari abad ke-9, dan juga terdapat tulisan tertua miliki nabi Muhammad SAW yang masih terjaga dengan baik.
Universitas ini menjadi contoh dan menjadi saksi masa kejayaan Islam pada abad pertengahan, ia juga merupakan contoh bagaimana Islam menggabungkan spiritual dan pendidikan Islam.
Arsitektur
Selama berturut-turut tempat ini mengalami perluasan oleh dinasti Maroko sehingga tempat ini menjadi yang terbesar di Afrika dengan daya tampung 20.000 jamaah. Apabila dibandingkan dengan masjid di Isfahan dan Istanbul, masjid Qarawiyyin ini berasritektur biasa. Dengan kolom dan lengkungan putih polos, lantai yang berhampar karpet, dinding putih dan atap yang berwarna hijau.