Universitas California Temukan Islamofobia Sasar Dua Pertiga Muslim AS

 Universitas California Temukan Islamofobia Sasar Dua Pertiga Muslim AS

Tiga Muslim AS Gugat Tuduhan Penargetan Muslim di Perbatasan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Universitas California merilis hasil studinya baru baru ini. Dalam rilis hasil penelitiannya, ia menemukan kasus Islamofobia di negera Paman Sam masih sangat besar.

Hal itu nampak dari riset mereka menunjukkan bahwa dua per tiga Muslim di Amerika Serikat pernah mengalami sasaran dari praktik Islamofobia. Dalam catatan Universitas California menyebutkan bahwa sekitar 67,5 persen Muslim yang tinggal di AS menjadi sasaran Islamofobia.

Setidaknya sekali dalam hidup, mereka pernah mendapat perlakuan tidak mengenakkan lantaran ia seorang muslim. Demikian hasil riset kasus Islamofobia oleh Universitas California.

Dalam konteks ini kelompok Muslim perempuan yang lebih banyak mendapatkan perlakukan Islamofobia. Sebaliknya Muslim pria jarang mendapat perlakuan tersebut.

“Karena persentasenya mencapai 76,7 persen untuk wanita Muslim dibandingkan dengan 58,6 persen pria Muslim,” kata Othering & Belonging Institute dalam siaran pers dilansir Jumat (1/10/2021) dari Anadolu Agency.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bawah dua dari tiga Muslim di AS rentan terkena sasaran kebencian terhadap Islam. Adapun sebanyak 33 persen responden mengatakan mereka menyembunyikan identitas agama mereka karena takut akan tindakan Islamofobia.

Sementara sebanyak 88,2 persen menyatakan bahwa mereka menghindari ucapan dan tindakan tertentu karena takut menghadapi serangan balik. Sebanyak 93,7 persen responden menyatakan bahwa Islamofobia mempengaruhi kesehatan emosional dan mental mereka.

“Hampir 45% persen dari mereka yang berusia antara 18-29 lebih menyembunyikan identitas agama mereka,” jelas laporan tersebut.

Survei ini dilakukan dua dekade setelah serangan 9/11 yang menyebabkan gelombang kebencian terhadap Islam meningkat. Untuk perlu kiranya untuk memberikan wawasan dan edukasi lebih terhadap Islam.

Hal ini diperlukan untuk mengurangi paham Islamofobia yang berkembang di negara yang terkenal dengan sistem demokrasinya. Dalam penelitian tersebut melibatkan 1.123 Muslim sebagai responden mereka.

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *