Ungkapan Hikmah yang Dikira Hadis
HIDAYATUNA.COM – Banyak sekali ungkapan hikmah yang kita temui dalam keseharian, bahkan ada yang saking seringnya disampaikan sampai dikira hadis. Salah satu ungkapan hikmah yang sering di kutip dan disebut sebagai sebuah hadis adalah
نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ وَإِذَا أَكَلْناَ لاَ نَشْبَعُ
Artinya:“Kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga kami lapar dan apabila kami makan, maka tidak sampai kenyang”
Maqalah atau ungkapan-ungkapan hikmah ini masih sering ditemui diforum-forum keagamaan, semacam pengajian dataupun khutbah-khutbah jumat, dan celakanya penyandaran maqalah ini sebagai sebuah hadis adalah suatu kekeliruan yang besar.karena apa yang tidak pernah terucap oleh Rasulullah kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah merupakan sebuah kebohongan, sedangkan ganjaran balik bagi kebohongan yang diatas namakan Rasulullah adalah neraka. Sebagai mana bunyi hadis mutawattir.
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Artinya“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka”.
Sedangkan Maqalah tidak makan sehingga lapar ini tidak terdapat dalam kitab hadis manapun, ungkapan itu terdapat dalam kitab al-Rahmah fi al-Tibb wa al-Hikmah, karya Imam al-Suyuti. Dan ungkapan itu bukanlah ungkapan dari Nabi melainkan ungkapan seorang dokter ahli dari Sudan.
Pada suatu kesempatan Imam Suyuti mengisahkan bahwa ada empat dokter ahli sedang berkumpul dihdapan Kisra (raja) Persia, pada keempat dokter yang berasal dari Iraq, Romawi, India dan Sudan ini Kisra meminta agar diberikan resep atau teori pengobatan yang paling manjur dan tidak membawa evek samping sama sekali.
Pertama kesempatan ketiga dokter dari India, Romawi dan Iraq memberikan resepnya, kemudian giliran dokter ahli dari Sudan yang memberikan. Menurutnya, resep-resep yang diberikan oleh dokter-dokter ahli lainnya masih memiliki evek samping. Sedangkan baginya “obat yang paling tidak mengandung akibat samping adalah, tidak makan kecuali sesudah lapar dan apabila makan, berhenti sebelum merasa kenyang” dan apabila hal ini dilakukan maka anda tidak akan terkena penyakit kecuali kematian.
Ungkapan hikmah diatas tersebut juga terdapat dalam dalam kitab Madarij al-Shu’ud, karya Syekh Nawawi al-Bantani, dan tanpa menyebutkan bahwa kalimat tersebut merupakan hadis. Dua ulama besar yang menukil cerita ini tidak juga menyebutkan bahwa maqalah tersebut adalah hadis, kiranya menjadi indikator bahwa kalimat tersebut memang bukan hadis, lantaran Imam al-Suyuti merupakan seorang ahli hadis yang memiliki kualifikasi cukup tinggi bahkan bergelar al-Hafid. Selain indikasi tersebut, tidak adanya satupun kitab-kitab hadis yang meriwayatkannya menambah keabsahan bahwa maqalah tersebut memang bukanlah hadis. Wallahu a’lam