Ummu Kultsum binti Uqbah r.a; Siapakah Dia? Ini Kisahnya!!!

Ummu Kultsum binti Uqbah r.a; Siapakah dia dan bagaimana sosoknya? Berikut kisahnya yang menarik untuk diketahui umat Islam.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا جَاۤءَكُمُ الْمُؤْمِنٰتُ مُهٰجِرٰتٍ فَامْتَحِنُوْهُنَّۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِاِيْمَانِهِنَّ فَاِنْ عَلِمْتُمُوْهُنَّ مُؤْمِنٰتٍ فَلَا تَرْجِعُوْهُنَّ اِلَى الْكُفَّارِۗ لَا هُنَّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّوْنَ لَهُنَّۗ وَاٰتُوْهُمْ مَّآ اَنْفَقُوْاۗ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اَنْ تَنْكِحُوْهُنَّ اِذَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۗ وَلَا تُمْسِكُوْا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَسْـَٔلُوْا مَآ اَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْـَٔلُوْا مَآ اَنْفَقُوْاۗ ذٰلِكُمْ حُكْمُ اللّٰهِ ۗيَحْكُمُ بَيْنَكُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ –
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir (suami-suami mereka). Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami) mereka mahar yang telah mereka berikan. Dan tidak ada dosa bagimu menikahi mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (pernikahan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta kembali mahar yang telah kamu berikan; dan (jika suaminya tetap kafir) biarkan mereka meminta kembali mahar yang telah mereka bayar (kepada mantan istrinya yang telah beriman). Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Pendapat Ulama tentang turunnya ayat
Para tokoh tafsir dan penulis biografi serta sejarah, diantaranya pengarang ad-Durul Mantsur (VI:206), Ibnu Katsir (VI:485), Imam al Qurthubi, Ibnu Sa’ad (VIII:231), dan penulis al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhaab (IV:1953) mengatakan bahwa ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Ummu Kultsum binti Uqbah bin Mu’ith.
Riwayat Hidup
Ummu Kultsum adalah wanita yang taat, istri yang sabar dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Keimanan memperoleh jalan untuk dapat masuk ke qalbunya sejak dini sehingga dia hidup dalam keimanan tersebut.
Dia pernah melihat berhala yang tidak dapat memberi manfaat dan mudharat. Kare itu, dia mengingkairnya. Dia melihat berhala-berhala menyesaki ruang disekitar Ka’bah dan menaklukkan nalar para penjaga dan penyembahnya. Tanah Mekkah terasa pengap baginya. Karena itu, dia melarikan diri kepada Rabbnya, berhijrah ke Yastrib kota Rasulullah saw.
Ayahnya bernama Uqbah bin Abi Mu’ith, salah seorang yang memiliki peran penting dalam menghalangi penyebaran agama Islam. mereka menyiksa kaum mustadhafin dan menyakiti Rasulullah saw. Dengan perbuatan dan perkataan.
Akhirnya, datanglah kehendak Allah. Uqbah tertawan oleh kaum muslimin dalam perang Badar al-Kubra. Rasulullah saw memerintahkan agar dia dihukum mati. Uqbah pun bertanya, “hai muhammad, apakah engkau akan membunuhku seperti kaum Quraisy lainnya?”
Nabi menjawab, “ benar, karena kamu orang Yahudi dari keturunan Shafuriyah.”
Rasulullah saw. Berpaling lalu bersabda, “Tahukah kalian apa yang telah dilakukan orang ini terhadapku? Suatu kali dia datang ketika aku sujud di Maqam Ibrahim. Tiba-tiba dia menginjakkan kakinya ke leherku. Aku mencubitnya, tetapi kakinya tak kunjung diangkat sehingga aku merasa seolah-olah kedua mataku keluar.”
Ibu Ummu Kultsum bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib. Saudaranya bernama al-Walid bin Uqbah yang diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dengan,
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Lalu dia masuk Islam dan memeluknya dengan baik. Dia mendengar kalimat-kalimat wahyu dari mulut orang mukmin. Demikianlah seterusnya hingga Allah mengizinkan untuk berhijrah kepada Rasul-Nya. Dan kaum muslimin pun berhijrah ke Madinah.
Telinga Ummu kultsum rindu akan ayat-ayat Al-kitab yang mulia dan jiwanya haus akan diri Rasulullah saw. Akhirnya, dia memutuskan untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah).
Pada suatu malam purnama, dia merasa bahwa keluarganya sedang lengah, Ummu Kultsum pun menaiki kudanya menuju sisi benteng sebelah kanan. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seorang laki-laki dari Bani Khuza’ah yang juga hendak pergi ke Madinah. Dia pun ikut dengannya hingga tiba di tempat yang aman.
Saat Ummu Kultsum bertemu dengan Rasulullah, ia berkata, “Ya Rasulullah, aku adalah seorang istri. Wanita menjadi bebas setelah dia meyakini pilihannya sendiri.”
Rasulullah saw bersabda kepada Walid dan Amarah, dua saudara Ummu Kultsum yang menyusulnya untuk membawanya kembali. “Sesungguhnya Allah telah membatalkan perjanjian berkaitan dengan masalah wanita karena sesuatu yang telah kalian ketahui, pulanglah kalian.”
Di Madinah, Ummu Kultsum kemudian dilamar oleh Zubair ibnul ‘Awam, Zaid bin haritsah, Abdurrahman bin Auf, dan Amr ibnul-‘Ash. Dalam perkara memilih keempat pelamar ini, Ummu Kultsum menemui Rasulullah dan menyampaikan persoalannya, Rasulullah saw menyarankan agar menerima lamaran Zaid bin Haritsah. Dia pun menikah dengan Zaid bin Haritsah dan hidup cukup lama dengannya.
Dari pernikahannya, ia memiliki dua anak yaknii Zaid bin Zaid dan Ruqayyah. Namun keduanya kemudian meninggal. Zaid pun kemudian menceraikannya. Ketika iddahnya mendekati akhir, datanglah lamaran az-Zubair dan kemudian lahirlah Zainab.
Dia hidup untuk suami dan anaknya. Tiba-tiba bahtera rumah tangganya diombang ambing lantaran Zubair suka berlaku kasar. Ummu Kultsum pun bersabar atas kekasarannya dengan keluhan. Lalu dia meminta maaf, tetapi az-Zubair menolaknya. Akhirnya, Ummu Kultsum meminta diceraikan, namun az-Zubair menolak. Dia mendesak az-Zubair, tetapi dia tetap menolak.
Pada suatu hari, tatkala hendak melahirkan, dia memaksa az-Zubair yang tengah berwudhu untuk shalat agar menceraikannya. Az Zubair pun mencerainya satu kali. Dia pun keluar rumah, lalu melahirkan. Seorang kerabat yang mengetahui hal ini kemudian memberitahukan kelahiran Ummu Kultsum kepada Zubair. Zubair pun menemui Rasulullah saw dan menceritakan persoalannya kepada beliau
Beliau bersabda, “keputusan cerai telah berlaku, lamarlah kembali (jika masih menginginkannya).”
Abdurrahman bin Auf mengetahui keadannya, lalu dia melamar Ummu Kultsum dan mengawininya. Dia hidup bersama dengan tenang dan damai, mereka hidup bersama hingga Abdurrahman bin Auf wafat. Kemudian datanglah Amr ibnul Ash yang hendak mengawininya. Mereka berdua kemudian hidup bersama dengan tenang hingga ia wafat.
Dialah wania yang berhijrah, mendapat ujian, dan memenuhi seruan Allah tatkala ada seruan untuk melakukannya.