Umat Muslim Estonia Giat Belajar Mengajar Demi Obati Sang Guru

HIDAYATUNA.COM, Estonia – Umat Muslim Estonia semakin giat belajar demi mengejar ketertinggalan. Salah satunya dengan mendorong peningkatan mutu pendidikan, termasuk pendidikan agama.
Mereka mendirikan sekolah umum serta mendirikan madrasah. Pendidikan madrasah dilakukan pada sore harinya; Anak-anak dan juga orang dewasa tentang agama Islam yang dikelola oleh dua orang guru.
Sebagai sarjana fiqih dan filsafat Universitas Riyadl Arab Saudi, Ildar Muhhamedsin, punya pandangan bahwa perkembangan umat Islam di Istonia tidak terlalu pesat bila dibandingkan dengan sejumlah negara Eropa lainnya.
“Contohnya, yang bisa belajar di Timur Tengah hingga kini baru saya dan Iman Liya Makhmutova, istri saya sendiri. Selanjutnya, kami sangat senang, bila nanti banyak umat Islam Istonia yang belajar agama Islam di berbagai perguruan tinggi di Timur Tengah,” ujar Ildar Muhhamedsin, di Estonia, Senin (16/9/2019).
“Karena itulah, kami berusaha mengirim anak-anak muslim ke sejumlah negara Islam. Namun, sangat disayangkan, banyak umat Islam Istonia yang belum mengenal bahasa Arab. Maka, kami berusaha menerbitkan terjemahan al-Quran dalam bahasa Istonia,” imbuhnya.
Dilansir dari Republika.co.id, Islam datang ke Estonia pada masa Kakaisaran Rusia sekitar tahun 1721 banyak kaum Muslim suni dari Tatar dan kaum Muslim Syiah Azeri berpindah ke Estonia. Gelombang imigran Muslim datang lagi antara tahun 1940-1991 pada masa pendudukan Uni Soviet.
Sejak tahun 1860, Muslim Tatar giat melakukan syiar agama, kemudian dakwah dilakukan secara terorganisasi, dengan pusat kendali di Narva. Sedangkan tahun 1928, organisasi Muslim pertama, Narva Muhamedi Kogudus berdiri sekaligus mendapat pengakuan dari Pemerinta Republik Estonia Merdeka.
Pada tahun 1939 di Tallinn organisasi Muslim kedua lahir dengan bernama Tallinna Muhamedi Usuühing. Organisasi ini bahu-membahu mengumpulkan donasi dan membangun masjid di berbagai wilayah.
Namun tahun 1940 pemerintah Soviet melarang pembangunan dan aktivitas di masjid. Tak sampai satu dasawarsa, masjid-masjid itu hancur atau beralih fungsi.