Ulama Kota Najaf Irak Kutuk Keras Pembantaian Terhadap Demonstran
HIDAYATUNA.COM, Najaf – Pekan ini, setidaknya ada delapan demonstran tewas dalam demontrasi berdarah yang dilakukan para pendukung ulama terkemuka Moqtada Sadr, termasuk di kota suci Najaf, Irak.
Tercatat sejak Oktober 2019, demontan berjatuhan. Angka menunjukkan hampir 550 orang tewas dalam aksi demonstran anti-pemerintah tersebut.
Dalam khutbah Jumat, ulama terkemuka Irak, Ayatollah Ali Sistani mengutuk pertumpahan darah yang disebutnya “menyakitkan dan tidak menguntungkan.”
“Pasukan keamanan negara sangat diperlukan untuk menjaga negara dari jatuh ke dalam jurang kekacauan,” kata Ali Sistani dikutip Nahar Net, Ahad (9/2/2020).
“Tidak ada pembenaran bagi mereka untuk berhenti memenuhi tugas mereka dalam hal ini, atau bagi siapa pun untuk menghentikan mereka dari melakukannya,” sambungnya.
Menurutnya, yang harus memikul tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan stabilitas, melindungi pengunjuk rasa damai dan tempat berkumpul mereka, mengungkapkan identitas agresor dan penyusup, dan melindungi kepentingan warga dari serangan penyabot.
Sadr baru-baru ini meminta pendukungnya untuk memastikan pembukaan kembali sekolah, jalan dan kantor pemerintah yang telah ditutup oleh demonstrasi selama berbulan-bulan.
Komisi HAM Irak mengatakan, sekitar 543 warga Irak telah tewas dalam kekerasan terkait protes sejak demonstrasi anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya menyerukan reformasi sistemik.
Banyak yang terbunuh oleh tabung gas air mata, peluru tajam dan bahkan tembakan senapan mesin, yang dikutuk Sistani dalam khotbah-khotbah sebelumnya.
Hingga 30.000 lainnya telah terluka selama demonstrasi, menurut sumber medis. Pemerintah Irak telah berulang kali membantah pasukan keamanannya menembaki para pemrotes.