Ulama Jateng Siap Jihad di Medsos
HIDAYATUNA.COM, Jawa Tengah – Sejumlah ulama di Jawa Tengah (Jateng) dan akademisi bertemu dengan Ganjar Pranowo di Pondok Pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak untuk bersilaturahmi. Hal ini sekaligus menyikapi situasi sosial yang terjadi belakangan. Dimana media sosial sudah bukan lagi menjadi ruang yang nyaman untuk berinteraksi. Namun bertebaran isu-isu atau hoaks yang memancing perdebatan hingga menimbulkan keresahan masyarakat.
KH Munif Muhammad Zuhri, Pengasuh Pondok Pesantren Girikusumo, mengatakan bahwa berkumpulnya para ulama dan akademisi tersebut melihat bahwa situasi yang sekarang berkembang sangat mencekam. “Agama yang dimaksudkan untuk menyejahterakan, mendamaikan, menyatukan bangsa. Pada kenyataannya yang kita lihat bersama justru dibuat ujung tombak untuk kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, dan sebagainya,” ujar Kiai Munif.
Dari forum ini, kata Kiai Munif, semoga agama bisa menjadi payung bagi semua. Menjadi pemersatu yang utuh sebagaimana dalam semboyan ‘rahmatan lil alamin’. Sebab, dalam sebuah negeri jika ada kekacauan maka yang menjadi korban pertama kali adalah rakyat. Maka dengan forum ini, Kiai Munif berharap perguruan tinggi dan pesantren menjadi bagian dari kontrol sosial. Sekaligus memberi solusi dan menyumbangkan pemikiran-pemikiran baru.
Jihad di Media Sosial
Hal ini dilakukan bagi kebaikan negeri ini di masa yang akan datang sehingga dapat lebih menyejahterakan umat dan masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan para ulama dan akademisi ini ialah dengan jihad di media sosial. Jihad yang dimaksudkan ialah melalui penyebaran nilai-nilai keislaman yang ‘rahmatan lil alamin’.
Wakil Rais Syuriah PWNU, Dr H Muhammad Adnan menyampaikan, jangan sampai hanya memaknai jihad sebatas perang. Semata-mata melawan pemerintah yang sah, tapi jihad yang lebih kepada penanaman nilai Islam yang sesuai ajaran Rasulullah Saw.
Jihad di media sosial yang disepakati bersama para ulama dan akademisi ini sekaligus menjadi gerakan memerangi radikalisme yang bertebaran di media sosial. Mengingat saat ini persoalan yang paling berat ialah ada di dunia media sosial.
Mengantisipasi Radikalisme dan Intoleransi
Dr Jafar Shodiq, akademisi Unissula mengatakan bahwa orang-orang yang ingin mengubah proses ideologi bangsa dengan intoleransi dan radikalisme bermain di media sosial untuk menyampaikan gagasannya. Inilah yang menjadi kekhawatiran para ulama kepada generasi muda. Untuk menangkal bahaya tersebut maka para ulama dan ulama sepakat untuk bersama perangi gerakan radikalisme di media sosial.
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah pun bersyukur sekaligus mengucapkan terima kasih karena para ulama dan akademisi berinisiatif untuk berbocara mengenai bangsa dan negara. Serta merespon kondisi kekinian, menunjukkan dan memberikan solusi atas rasa keprihatinan kondisi saat ini. Utamanya pendidikan dan ideologi bangsa dan negara sehingga memunculkan pemikiran dan tindakan yang kontributif.
“Pemikiran yang ingin disampaikan oleh ulama dan akademisi mudah-mudahan menjadi ‘policy brief’. Khususnya untuk pemerintah sehingga problem-problem ideologi bangsa ini diselesaikan dengan cara soft. Dengan cara yang nyaman, semua terselesaikan dalam bingkai NKRI, nilai-nilai pancasilanya tetap kuat. Ajaran yang diberikan kepada anak didik pun sehingga diharapkan, jika berhubungan dengan agama ada moderasinya. Jika berhubungan dengan komunikasi, mereka nyaman sesama anak bangsa, jelas Ganjar.
Ganjar Pranowo juga menegaskan agar pelaksanaan tersebut nantinya tidak menimbulkan kerumunan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan mengingat perkembangan Covid-19 masih terus mewabah.