Trump Curiga Taliban Akan Rebut Kekuasaan Pemerintah Afghanistan Setelah AS Pergi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump curiga Taliban akan rebut kekuasaan pemerintah Afghanistan setelah AS pergi
HIDAYATUNA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengatakan bahwa Taliban ‘mungkin saja’ akan menyerbu pemerintah Afghanistan yang didukung oleh AS, setelah pasukan asing yang berada di negara itu menarik diri, sebagai bagian dari perjanjian damai antara AS dan Taliban. Hal itu disampaikan pada hari Jumat (6/3/2020).
“Sebuah negara harus bisa menjaga diri mereka sendiri. Anda hanya bisa bergantung pada tangan seseorang untuk beberapa waktu saja,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Perjanjian AS-Taliban yang telah ditandatangani di Ibukota Qatar pada pekan lalu itu akan membuat pasukan AS dan NATO mundur total dalam jangka waktu 14 bulan untuk mengakhiri perang Afghanistan yang telah berlangsung selama 18 tahun.
Saat ditanya apakah Taliban pada akhirnya dapat merebut kekuasaan dari pemerintah yang didukung oleh AS pada saat ini, Trump mengatakan bahwa finalnya ‘seharusnya tidak akan terjadi seperti itu, tetapi mungkin saja’.
“Kami tidak bisa berada disana (terus menerus) selama 20 tahun ke depan. Kami sudah berada di sana selama 20 tahun, dan kami telah melindungi negara itu, tetapi kami tidak bisa berada disana selamanya, pada akhirnya mereka harus melindungi diri mereka sendiri, “katanya.
Pada hari Selasa, Trump mengatakan bahwa ia telah melakukan ‘pembicaraan yang baik’ dengan seorang pemimpin senior Taliban melalui sambungan telepon, dia menambahkan bahwa ia tidak tahu apakah Pemerintah Afghanistan memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari para pejuang Taliban setelah pasukan asing menarik diri dari negara itu.
“Saya tidak tahu. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Kita lihat saja apa yang akan terjadi (ke depannya),” katanya.
Pernyataan dari Trump itu muncul beberapa jam setelah adanya laporan hampir dari 30 orang tewas di Ibukota Kabul selama serangan yang diklaim telah dilancarkan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Itu adalah serangan paling mematikan yang terjadi di Afghanistan semenjak penandatanganan perjanjian damai antara AS dan Taliban pada tanggal 29 Februari. (Aljazeera.com)