Tiga Hal Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat Beribadah
HIDAYATUNA.COM – Sayyid Zainuddin bin Ali Al-Ma’bari pengarang kitab Fathul Mu’in mengingatkan agar kita tidak melupakan tiga hal ini saat beribadah apapun bentuk ibadahnya.
Pertama, adalah bahwa Allah SWT selalu melihat hati kita. Sebagai contoh saat salat kita memang menghadap kiblat, memakai sajadah, memakai baju putih, peci dan memakai minyak wangi namun sering kali hati kita tidak di Allah SWT.
Saat salat sering kali hati kita pada bisnis kita, hati pada kekasih kita, hati kita kita handphone dan lain sebagainya. Hal ini lah yang akan menghilangkan nikmatnya beribadah.
Mengutip perkataan KH. Djamaluddin Ahmad “untuk merasakan nikmat melakukan salat, hati harus hadir kepada Allah SWT, karenanya jangan lupakan bahwa Allah SWT melihat hatimu.”
Kedua, Allah SWT selalu hadir di samping kita. Allah SWT memang tidak terlihat namun kita bisa merasakan kehadiran Allah SWT, misalnya melalui alam dan isinya yang ada di sekitar kita. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah 115 :
وَلِلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Bahkan kita bisa merasakan kehadiran Allah SWT lewat lalat, bagaimana hewan sekecil itu bisa bergerak begitu cepatnya. Apakah lalat dengan segala kemampuannya tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan ? sungguh tidak mungkin.
Karenanya meyakini bahwa Allah SWT selalu hadir di samping kita adalah salah satu hal yang harus kita tanamkan kuat di dalam hati kita. Allah SWT telah mengingatkan dalam surah Al-Hadid ayat 4 : وَهُوَ مَعَكُمۡ اَيۡنَ مَا كُنۡتُمۡ “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada”.
Ketiga, Allah SWT selalu menyaksikan kita. Inilah konsep dasar dari Ihsan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW saat di tanya oleh Malaikat Jibril di depan para sahabat.
قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya : Malaikat Jibrail bertanya : “Apakah Ihsan itu?” Rasulullah SAW menjawab: “Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu” (HR Bukhari Muslim)
Tentu yang dimaksud disini bukan melihat secara dhahir, karena manusia jelas tidak akan mampu melihat Allah SWT secara dhahir. Bahkan Nabi Musa AS pun pingsan saat hendak melihat Allah SWT. Hal ini diabadikan dalam surah Al-Araf 143 :
وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
Allah SWT selalu melihat kita ini hal ini bisa diibaratkan jika kita diterima menghadap kepada bupati atau gubernur, apakah kita lantas akan berlaku tidak sopan di depannya ? tentu tidak. Apalagi jika kita menghadap dzat pencipta miliaran bintang dan galaxy di seluruh semesta ini.
Atau saat kita duduk di ruang tunggu sang bupati atau gubernur dan di sekeliling ruangan tersebut terpasang CCTV yang terus memantau gerak-gerik kita, apakah kemudian kita akan berlaku tidak sopan ? tentu tidak. Itulah sedikit contoh bagaimana menerapkan Ihsan dalam kehidupan kita.
Itulah tiga hal yang tidak boleh kita lupakan saat beribadah, semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah kita dan membimbing kita untuk menjadi hamba yang lebih baik.