The Dome Of The Rock, Bukan Masjid Al Aqsa
HIDAYATUNA.COM – The Dome of The Rock (Qubbah as Sakhrah) yang juga berada di kompleks al Haram Asy Syarif. Bentuk kubahnya banyak dipengaruhi arsitektur Bizantium. Sejarawan al Muqaddasi menuturkan bahwa biaya pembangunannnya mencapai 100 ribu koin emas dinar. Kubah batu ini dibangun pada masa Khalifah ‘Abd al Malik bin Marwan. Bangunannya menyerupai bentuk masjid sehingga ada yang menganggapnya sebagai masjid Umar.
Tinggi keseluruhan dari The Dome of The Rock ini mencapai 39,3 meter. Bangunan ini mempunyai tiga tingkat. Ketinggian tingkat pertama dan kedua 35,5 meter, sedangkan ruangan di dalamnya memiliki tiga koridor yang mengelilingi batu. Koridor terdalam merupakan koridor tawaf yang langsung mengelilingi batu, seperti tempat tawaf di Masjidil Haram.
Bangunan ini disebut Kubah Batu karena menanungi sebuah batu yang berukuran 16,8 x 12,6 meter yang dipercaya sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berpijak sebelum beliau melesat ke Sidratul Muntaha pada 621 M. Sumber lain mengatakan bahwa batu tersebut berukuran 13,8 x 17 meter. Di bawah batu terdapat gua berukuran 4,5 x 4,5 meter yang dalamnya 1,5 meter. Dan dibagian atap gua terdapat lubang seluas 1 meter persegi untuk mrlihat batu itu dari bawah.
Bagian dalam Kubah Batu yang menaungi Batu
Batu yang dikabarkan sebagai tempat berpijak Nabi Muhammad SAW ini dipercaya sebagaimana Hajar Aswad di Masjidil Haram, yang berasal dari surga. Itulah sebabnya batu tersebut disebut Shakhrah al Muqaddasah (Batu yang disucikan). Konon, Khalifah ‘Abd al Malik bin marwan sengaja membangun Kubah Batu karena alasan yang bersifat politis. Keberadaannya dapat dikatakan sebagai monumen yang menandai keberadaan Islam dan kekuasaannya di Yerussalem.
Sementara itu, Nicolle (2009) menulis bahwa fungsi pertama Kubah Batu untuk mengklaim bahwa nabi Ibrahim merupakan Bapak Umat Islam. ini disebabkan karena pada masa itu, orang-orang Yahudi meyakini bahwa Kubah Batu merupakan tempat Nabi Ibrahim hendak menguburkan putranya, serta sebagai Omphalos atau Pusat Dunia. Meskipun orang-orang Kristen kemudian memindahkan Pusat Dunia ke Golgota, tempat Yesus disalib yang lokasinya tidak jauh dari Kubah Batu.
Fungsi kedua Kubah Batu, lanjut penulis dan ilmuan barat tersebut, sebagai simbol kekalahan Kekaisaran Bizantium dan Sasania. Menurutnya, hal ini terlihat jelas dari desain dan isi mozaik-mozaik yang masih ada. Mozaik-mozaik itu termasuk simbol-simbol pangkat dan kekuasaan dalam Kekaisaran Byzantium dan Sasania, yang mungkin lebih diartikan sebagai lambang piala bagi Islam yang berjaya.
Adapun fungsi terkahir dari keberadaan Kubah Batu ini adalah untuk memberitahukan orang-orang Yahudi dan Kristen bahwa Islam telah melampaui wahyu mereka, yang bisa dilihat dari ayat-ayat Al Qur’an yang ditorehkan di kepingan batu. Ayat-ayat ini menyeru umat Islam untuk menerima kebenaran Islam dan kandungan isi Al-Quran, yang juga bersifat krits terhadap beberapa keyakinan Fundamental Kristen. Di sisi lain, tulisan tersebut untuk mengokohkan semangat juang komunitas kecil muslim masa itu.
The Dome of The Rock menjadi salah satu landmark Yerussalem yang sangat terkenal. Ia merupakan sebuah bangunan yang khas dan mencolok. Ketika langit membiru, warna kubhanya yang kuning keemasan berkilau sehingga menarik perhatian orang-orang yang berada di area tersebut. Sebagai landmark Yerussalem, bangunan ini diakui dikenal masyarakat dunia bukan sebagai tempat suci Yahudi atau Kristen, melainkan tempat suci dan tempat bersejarah bagi umat muslim.
Lintas Sejarah Kubah Batu
Sejarah Kubah Batu melewat berbagai zaman, yaitu zaman Islam, zaman Perang Salib, zaman Mandat Britania dan zaman pendudukan Israel.
- Pada tahun 1022 Khalifah Abu Hasan Ali az Zahir dari Dinasti Fatimiyah yang berkuasa di Mesir membangun kembali Kubah Batu yang rusak karena gempa. Ia menutup kubah yang lebarnya 20 meter dan tingginya 35 meter itu tidak dengan campuran emas seperti aslinya, tetapi dnegan timah hitam.
- Selama Perang Salib, Kubah Batu diserahkan kepada Augustian, yang mengubahnya menjadi gereja pada tahun 1104.
- Ketika Yerussalem berada dalam naungan Salahuddin, pada Jum’at, 2 Oktober 1187, al Haram asy Syarif dijadikan tempat ibadah muslim. Salib di atas Kubah batu diganti menjadi bulan sabit emas dan memulihkan bangunan ini seperti semula.
- Dari abad ke 14 hingga abad ke -16, beberapa sultan dari Dinasti Mamluk memperbaiki Kubah batu. Tahun 1318, Sultan an-Nauir Muhammad merestorasi dan memperindah interior Kubah. Tahun 1447 Sultanaz Zahir Jaqmaq membangun bagian atap yang terbakar. Sedangkan tahun 1509-1510 Sultan al Asyraf al Ghuri mengganti timah di bagian luar Kubah.
- Pada masa Yerussalem dalam kekuasaan Dinasti Utsmani dari Turki, restorasi besar-besaran terhadap Kubah Batu dilakukan atas perintah Sultan Ahmad III.
- Pada 11 Juli 1927 pada masa Mandat Britania, Kubah Batu mengalami goncangan akibat gempa bumi. Banyak usaha perbaikan telah dilakukan
- Pada 1948, setelah perang Arab Israel, Israel merusak Kubah Batu. Raja Hussain memperbaiki kubahnya, mengganti tembaga dengan aluminium yang kemudian dilapisi emas.
- Tahun 1959, untuk kedua kalinya Kubah Batu dipugar yang biayanya ditanggung Yordania dan dibantu negara-negara Islam. Pemugaran selesai pada 6 Agustus 1964 sehingga terlihat indah sampai sekarang
- Pada masa penjajahan Israel hingga kini, kesucian Kubah Batu terlecehkan bahkan terancam oleh tindakan zionisme.
Kubah Batu : Bukan Masjid Al-Aqsa
Dua kubah di Haram as Syarif, tampak kanan dengan Kubah Emas adalah Kubah Batu, dan tampak kiri, kubah yang lebih kecil berwarna kebiruan adalah Masjid Al Aqsa
Jika dilihat sepintas, bangunan Kubah Batu mirip bangunan masjid. Banyak kalangan, termasuk sebagian umat Islam yang beranggapan demikian. Bahkan mereka menyebut bangunan kubah kuning tersebut sebagai masjid Al-Aqsa, masjid yang sangat disucikan kaum muslim sedunia. Namun, pada hakikatnya Masjid AL Aqsa memiliki kubah kebiruan.
Pihak Yahudi sengaja berupaya menciptakan opini publik yang menyesatkan terkait keberadaaan Masjid Al Aqsa. Mereka menyebarluaskan informasi, khususnya kepada umat Islam, bahwa Kubah Batu itulah masjid Al Aqsa. Alasan tersebut dibuat oleh Israel agar rencana Israel menghancurkan Masjid al-Aqsa bisa berjalan tanpa halangan yang berarti. Israel berencana mendirikan Bait Suci diatas tanah bekas Masjid AL Aqsa.
Kalangan Yahudi bekeyakinan bahwa apabila Bait Suci berhasil dibangun kembali di tempat tersebut maka keberadaannya menandai kejayaan Yerussalem di dunia. Padahal hingga kini, kepercayaan mengenai status Bait Suci umat Yahudi masih diliputi misteri, ketidakpastian, kontroversi, dan perdebatan.