Thariqah Uwaisiyah dan Nasihat Ajaran Tasawuf Didalamnya
Oleh : Risky Aviv Nugroho, M.Pd.
HIDAYATUNA.COM – Thariqah uwaisiyah merupakan thariqah yang namanya dinisbatkan kepada Uwais al-Qarni. Ia memiliki nama lengkap Abu ‘Amir Uwais bin ‘Amir al-Muradi Tsumma al-Qarn. Uwais termasuk diantara golongan pembesar tabi’in dan orang yang paling utama pada masanya. Hal itu digambarkan sendiri oleh Rosulullah SAW. beliau mencium bau harum kekasih Allah Swt. yaitu Uwais al-Qarni, RA. Uwais wafat tahun 36 H.
Keistimewaannya itu dituturkan oleh Nabi SAW kepada Umar dan Ali bahwa: “ada seseorang dari umatku yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat sebanyak bulu domba dari jumlah domba yang dimiliki oleh Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak), lalu para sahabat bertanya: “siapa dia wahai Rasulullah Saw.? Rasul Saw. menjawab: “Ia adalah hamba Allah Swt.”. Siapa namanya ya Rasul?, Rasul menjawab : “Ia bernama Uwais al-Qarni Ra.”.
Setelah Nabi Muhammad SAW. dan Abu Bakar wafat, Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada Umar dan Ali untuk menemukan Uwais dan memintakan doa kepadanya untuk umatnya Nabi Saw. Kemudian, Umar dan Ali pun mencari ke Yaman. Semua penduduk yaman tidak begitu mengenal Uwais. Disana, Uwais diketahui sebagai orang gila dan gelandangan. Setiap pagi hingga sore Ia mengembala unta, dan sorenya ia diberi sebungkus makanan oleh warga sekitar. Umar dan Ali akhirnya menemukan Uwais selepas shalat dan menyampaikan salam dan wasiat dari Rasulullah Saw. Uwais pun menerima dan menjawab salam serta menerima wasiat Nabi Saw. untuk berdoa memohon ampunan dari Allah Swt untuk seluruh umat nabi Muhammad Saw.
Selepas pertemuan antara Uwais dengan Umar dan Ali, tersiarlah kabar bahwa Uwais memiliki derajat yang tinggi disisi Rosul Saw dan Allah Swt. Ia pergi dari Yaman Karena disana Ia akhirnya banyak dicari orang-orang yang mendengar derajat Uwais sekedar untuk meminta doa kepadanya. Tidak ada orang yang mampu menemukannya, kecuali Harim bin Hayyan setelah mengetahui ciri-ciri yang dikabarkan oleh Nabi Saw, Umar dan Ali.
Hingga akhirnya Harim bin Hayyan menemukan Uwais, kemudian meminta nasihat darinya. Uwais bertanya kepada Harim: “Wahai Harim bin Hayyan, kenapa engkau mendatangiku?”, Harim menjawab: “ Tujuanku mencarimu untuk merasa tenang dan nyaman bersamamu”. Uwais berkomentar: “Aku tidak mengerti, bahwasanya orang yang mengenal Allah Swt. bagaimana Ia bisa merasa tenang dan nyaman bersama selain-Nya”. Kemudian harim meminta wasiat kepada uwais.
Berikut adalah beberapa wasiat dari Uwais kepada Harim bin Hayyan : pertama, menjadikan kematian di bawah kepalamu (ingat pada kematian) dan di dalam kepalamu, setelah itu tidak ada pengaruh kehidupan setelah kematian (tidak ingat pada kehidupan dunia dan hanya Allah Swt semata yang diingat). Kedua, Jangan engkau memandang dosa kecil tapi pandanglah pada besarnya maksiat kepada Allah Swt karena jika engkau meremehkan dosa maka engkau telah meremehkan berpaling dari Allah Swt. ketiga, meminta Harim untuk bersuluk dengan jalan sesuai syariat dan thariqah orang-orang yang baik serta tidak melupakan dzikir kepada Allah Swt. walaupun sekejap. Keempat, meminta kepada Harim ketika sudah sampai pada kaummnya agar memberi nasihat kepada mereka, jangan menyimpang dari taat kepada pemimpin umat sehingga iman dapat keluar tanpa disadari.
Setelah itu, Uwais berkata kepada Harim bin Hayyan bahwa setelah pertemuan ini mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Ia meminta pada harim untuk senantiasa tidak melupakannya dalam doa.
Dari penjelasan diatas, ada beberapa nasihat atau ajaran-ajaran tasawuf didalamnya yang dapat diambil, diantaranya yaitu : (1) ingat pada kematian dan menghindari ingat pada kehidupan dunia serta mengingat hanya Allah Swt. semata (2) Tawadlu’ (3) mau memberi nasihat kepada orang sebagai sikap kepemimpinan (3) menemukan keagungan dalam sifat fakir (4) menemukan kemuliaan dalam sifat qana’ah (5) menemukan kenyamanan dalam zuhud (6) bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup (7)takut meninggalkan shalat jamaah.
Sebagian wali-wali Allah Swt. diberi julukan Uwais. Artinya adalah tidak membutuhkan bimbingan dari seorang guru, karena Uwais sendiri merupakan Faidhul Ilahi (Anugrha Ilahi) tanpa perantara orang lain dan didapatkan dari berkah cahaya kenabian. Derajat ini adalah maqam yang sangat tinggi sebagaimana firman Allah Swt QS. al-Jumuah ayat 4, sebagai berikut :
ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
Artinya: “Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al-Jumuah : 4).
Thariqah Uwaisiyah adalah jalan sebagaimana jalan yang ditempuh oleh Uwais al-Qarni Ra. Jalan yang dibimbing langsung oleh Allah Swt dan mendapatkan cahaya berkah kenabian dari nabi Muhammad Saw. sebagaimana QS. al-Jumuah ayat 4 diatas, bahwa karunia Allah Swt akan diberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Sungguh karunia Allah Swt itu sangatlah besar. Sehingga thariqah ini, secara hakikat langsung kepada Allah Swt. dan proses suluknya sesuai dengan suluk Nabi sebagaimana sabda Nabi Saw.
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
Tuhanku telah mendidikku, maka Allâh Swt. lah yang memperbaiki adabku.
Guru PAI di SD N Rejowinangun 1 Kota Yogyakarta. Alumni Magister PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.