Terbang Bebas

 Terbang Bebas

Warga Baghdad dihebohkan dengan kabar terbaru Abu Nawas. Baru beberapa hari yang lalu Abu Nawas ditangkap pasukan kerajaan. Ia di hukum penjara atas perintah Baginda. Sekarang, sudah muncul lagi berita yang lebih menghebohkan.

“Abu Nawas mau terbang!” kata seseorang di pasar. Semua orang langsung heboh membicarakan kabar itu.

“Jangan sampai kau lewatkan. Datanglah pada hari Jumat di masjid dekat rumah Abu Nawas. Ia akan terbang dari atas Menara,” sambung orang lain.

‘’Bagaimana ia akan terbang ? Apa dia sudah menemukan saya ?’’ tanya orang lain lagi.‘’ Hus ! Apa yang kau katakana ? Abu Nawas memiliki banyak ilmu. Ia pasti sudah memiliki ilmu untuk terbang.’’

Desas-desus terus tersebar hingga seluruh warga Baghdad ikut membicarakanya. Semua penasaran, apakah Abu Nawas benar-benar bias terbang dan bagaimana caranya. Semua kehebohan ini muncul setelah Abu Nawas dimasukkan ke penjara. Penyebabnya, Abu Nawas dinilai terlalu banyak mengkritik pemerintahan yang sedang berjalan.

Pada saat itu, memang semua orang harus berhati-hati. Jika melakukan sesuatu yang menyinggung Baginda Raja, tak ayal hukuman pasti diterima.

Walaupun sudah berkali-kali melayangkan kritik, Abu Nawas selalu lolos dari kemarahan Baginda. Itu karena kecerdasannya dalam menyampaikan kritik sehingga tidak menyinggung. Akan tetapi, kali ini lain. Baginda tak lagi memberi pengampunan karena Abu Nawas sudah terlalu sering mengkritik pemerintahanya.

Namun, bukan Abu Nawas Namanya kalau ia mudah berputus asa. Walaupun raganya tertahan di penjara, pikiranya terus berjalan. Ia sering diam dan melamun. Keningnya berkerut seolah sedang sangat serius. Akan tetapi, begitu ia berbicara, sementara negri dibuat heboh. ‘’Hai penjaga, katakana pada Baginda. Aku harus segera dibebaskan. Ada hal penting yang harus kulakukan,’’ katanya kepada penjaga penjara.

‘’Apa maksudmu ? Kau kira kau ini siapa ? Aku sama sekali tidak pernah menemukan tahanan penjara yang berlaku sombong sepertimu. Terserah Baginda kapan akan membebaskanmu. Lagi pula, apa lagi yang bisa kau lakukan ? Taka ada yang lebih penting dari pada menjalani hukumanmu di dalam sana.’’ Penjaga itu jengkel karena merasa diperintah oleh seorang tahanan.

‘’Itu karena kau tak tahu apa yang akan aku lakukan. Katakan saja pada Baginda, ‘’lanjut Abu Nawas.
‘’Memangnya apa yang akan kau lakukan ?’’
‘’Aku mau terbang.’’ Penjaga penjara ingin sekali tertawa saat mendengarnya. Akan tetapi, sebenarnya ia takut juga, mengingat sebelum ini Abu Nawas dikenal sebagai sosok yang memiliki banyak ilmu tak terduga.

‘’Jangan diam saja. Segera sampaikan pada Baginda. Aku harus segera dibebaskan dari sini. Akum au terbang!’’ Abu Nawas menekan penjaga lagi.

Akhirnya, penjaga itu menghadap Baginda. Sebenarnya, ia tak habis pikir, mengapa Abu Nawas mengatakan itu. Apakah ia benar-benar bias terbang ? Atau, pikiranya sudah terganggu karena ia ditahan di penjara ? Kalaupun Abu Nawas memang gila, biarlah Baginda yang melihatnya sendiri.

Setelah mendengar laporan penjaga, Baginda segera memerintahkan agar Abu Nawas dibawa menghadap.

‘’Apa benar kau mau terbang ?’’ tanya Baginda padanya.
‘’Benar, Baginda.’’
‘’Kapan ? Di mana ?’’
‘’Di Menara masjid dekat rumah hamba. Pada hari Jumat besok.’’

‘’Baiklah, kalau benar kau bias melakukanya, kau akan dibebaskan selamanya. Tapi, kalau tidak, hukumanmu akan menjadi berlipat karena mencari-cari alasan untuk bebas.’’

Tibalah hari yang ditentukan. Banyak sekali orang yang dating untuk menyaksikan. Abu Nawas dibawa oleh beberapa penjaga ke tempat itu. Mereka harus membawanya kembali jika Abu Nawas terbukti berbohong.

Abu Nawas naik seorang diri ke atas Menara. Semua orang berbisik-bisik, tak sabar ingin menyaksikan aksinya. Ketika Abu Nawas sudah terlihat di puncak Menara, semua orang pun terdiam. Mereka terpana menyaksikan setiap gerak-geriknya.

Abu Nawas menatap ke langit tinggi. Kedua tanganya di angkat lurus ke depan. Badanya pun ikut condong. Digerak-gerakan tanganya seakan hendak menggapai angkasa. Kakinya juga ikut terlipat, lalu diluruskan kembali. Diulang-ulangnya Gerakan itu. Abu Nawas sedang bernang di awang-awang.

Semua orang masih terdiam. Mereka tak berani berkedip agar tak kehilangan satu pun kejadiaan yang berharga. Hingga beberapa menit berlalu, mulailah terdengar suara berbisik-bisik.

‘’Apa ini ? Apa yang dilakukan Abu Nawas ? Kenapa ia terus bergerak seperti itu ? Kakinya masih menjejak di Menara. Tubuhnya belum terangkat ke angkasa.’’
‘’Apa dia benar-benar bias terbang ?’’

‘’Dia bias mendapat hukuman berlipat kalau begini.’’
‘’Atau, mungkin dia sudah benar-benar gila ?’’ Bisik-bisik di bawah makin terdengar jelas. Saat itulah Abu Nawas menghentikan aksinya. Ia menuruni Menara lewat tangga yang sama seperti ketika naik. Ketika sudah menuruni Menara lewat tangga yang sama seperti ketika naik. Ketika sudah berada di depan orang banyak, Abu Nawas pun berhenti.

‘’Apa kalian melihat apa yang kulakukan tadi ?’’
‘’Ya.’’
‘’Bagus. Aku sudah melakukanya. Sekarang aku akan pulang.’’ Abu Nawas pun melenggang pergi.

‘’Tunggu dulu, Abu Nawas. Kau sama sekali tidak terbang. Kami harus membawamu kembali ke tahanan, ‘’cegah seorang pengawal kerajaan.

‘’Apakah kau ingat apa yang kukatakan beberapa hari lalu ? Aku mau terbang. Bukankah begitu?’’ Semua orang mengangguk-angguk. ‘’Aku berhasil terbang atau tidak itu hal lain. Tapi, sudah jelas kalau aku mau terbang, dan kalian semua telah menyaksikanya.’’

Semua orang langsung berbicara bersamaan, riuh sekali. Sekarang mereka paham apa yang dimaksud Abu Nawas sejak awal. Abu Nawas benar-benar bebas dari tahanan. Baginda tak dapat menarik kata-katannya. Terlalu banyak yang menyaksikan bahwa Abu Nawas benar-benar mau terbang.

Sumber : Abu Nawas kumpulan dongeng cerdik dan jenaka

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *