Teladan Welas Asih Putri Nabi Muhammad, Siti Fatimah
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Di lingkungan Madinah yang sederhana, hiduplah Fatimah, putri tercinta Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasalam dan istrinya Khadijah (r.a. dengan dia) yang terkenal akan welas asih yang berlimpah.
Fatimah, seorang wanita yang penuh kebajikan dan penuh welas asih, meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di hati orang-orang di sekitarnya.
Welas Asih Fatimah Kepada Tetangga yang Membutuhkan
Suatu hari, Fatimah memperhatikan tetangganya, seorang wanita lanjut usia, tampak sedang kesusahan.
Wajahnya mencerminkan kesulitan yang dia alami, dan jelas bahwa dia membutuhkan. Tanpa ragu, Fatimah menghampirinya dan dengan ramah menanyakan keadaannya.
Tetangga lansia tersebut, dengan berlinang air mata, menjelaskan bahwa dia sedang mengalami masa sulit dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Fatimah, yang tergerak oleh belas kasihannya, meyakinkan tetangganya bahwa dia akan melakukan segala daya untuk membantu.
Fatimah kembali ke rumahnya dan melihat ke dalam lemarinya. Menyadari bahwa rezekinya terbatas, dia berpaling kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan menceritakan situasinya.
Meskipun penghasilan mereka sederhana, Ali dan Fatimah memutuskan untuk menyumbangkan sebagian dari makanan dan kebutuhan pokok mereka untuk membantu tetangga mereka yang membutuhkan.
Persetujuan Nabi Muhammad
Ketika Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasalam mengetahui tentang kasih sayang dan kemurahan hati putrinya, dia memuji tindakan putrinya dan mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa.
Beliau bersabda, “Perbuatan Fathimah menyenangkan Allah, dan sebagai balasannya, Allah ridha kepadanya.”
Pelajaran tentang Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Kisah ini mencerminkan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan kasih sayang yang dicontohkan Fatimah, mengikuti jejak ayah mulianya, Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasalam.
Hal ini mengajarkan kita bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada harta benda tetapi pada kesediaan untuk berbagi dan peduli terhadap mereka yang membutuhkan.
Warisan Fatimah menjadi pengingat mendalam akan pentingnya empati dan kebaikan, terutama terhadap tetangga kita dan mereka yang menghadapi kesulitan.
Tindakannya menunjukkan nilai-nilai Islam tentang kemurahan hati dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, sehingga meninggalkan pelajaran abadi bagi generasi mendatang. []