Teladan KH Hasyim Asy’ari Terhadap Gurunya Ini Patut Dicontoh
HIDAYATUNA.COM – Siapa yang tak kenal dengan sosok KH Hasyim Asyari seorang ulama sekaligus pengasuh pondok pesantren keras di Jombang. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1871. Konon KH Hasyim Asyari di kandung oleh ibunya selama 14 bulan.
Ketika ibunya mengandung ia bermimpi pada ada bulan purnama jatuh dari langit dan menimpa perutnya. Isyarat inilah yang diyakini oleh kedua orang tuanya bahwa anak-nya kelak akan memiliki kecemerlangan. Maka tidak heran KH menjadi sosok ulama sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama.
Berbicara tentang akhlak kepada seorang guru, adalah hal yang sangat mulia disamping melatih kebiasaan yang baik juga mengharap unsur barokah dari sang guru. Sebagai sosok yang ulama yang kharismatik dan berpengaruh tentu saja KH Hasyim Asyari memiliki sisi kehidupan yang sangat menarik untuk diketahui, termasuk kebiasaan-kebiasaan baim semasa hidupnya.
Kebiasaan-kebiasaan itu menyangkut kebiasaan kepada kepada keluarga, teman dan tak terkecuali kepada guru. Adapun beberapa kebiasaan KH Hasyim Asyari kepada guru-gurunya yang layak diteladani antara lain:
1. Mencari Guru yang Alim
Mencari guru yang benar benar alim dibidangnya adalah suatu keharusan bagi setiap penuntut ilmu. Disini KH Hasyim Asyari tidak sembarangan dalam memilih guru, ia selalu mencari guru yang benar-benar ahli dalam bidangnya, penuh kasih sayang dan sanadnya nyambung kepada Rasaulallah.
2. Tunduk dan Patuh Kepada Guru
Ketika berguru kepada seseorang K.H Hasyim Asyari selalu tunduk dan patuh kepada perintah-perintah kebaikan yang diperintahkan oleh gurunya. Bahkan ia bukan menganggap sebagai murid melainkan sebagai pelayan dan bersikap rendah hati kepada gurunya.
Sebagai contoh suatu ketika KH Hasyim Asyari berguru kepada KH Khalil Bangkalan, suatu ketika KH Hasyim Asyari memasukkan sapi dan kambing milik gurunya ke dalam kandang. Setelah itu, ia hendak mandi, sebelum itu, ia melihat gurunya termenung.
Dengan memberanikan diri KH Hasyim Asyari menghampiri dan menanyakan kepada gurunya tersebut. kemudian KH Khalil memberitahukan bahwa menyerahkan istrinya jatuh ke dalam toilet. Ketika mendengar jawaban guru KH Hasyim Asyari segera meminta izin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh.
Ketika sudah mendapat izin KH Hasyim Asyari langsung masuk ke dalam toliet dan membongkar kakus. Rasa jijik tak dihiraukan oleh KH Hasyim Asyari demi rasa hormat, patuh dan kunjungi kepada guru. KH Hasyim Asyari kemudian masuk ke dalam toilet dan mengeluarkan isinya sampai kemudian cincin milik gurunya berhasil ditemukan.
Betapa senangnya KH Muhammad Khalil melihat muridnya berhasil mencarikan cincinnya itu, sampai kemudian terucap “aku ridha kepdamu, Hasyim, ku doakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua cinta kepadamu.
Doa guru memang mustajab akhirnya KH Hasyim Asyari bukan hanya dikenal sebagai seorang kiai melainkan juga ulama besar dan panutan umat.
3. Menata Sandal Kiai atau Gurunya
Salah satu bentuk tradisi pesantren yakni menata sandal kiai atau guru. Biasanya di beberapa pesantren akan berebutan untuk menata sandal kiai ketika mengetikkan masjid atau ketika mengajar. Kebiasaan itu, kesalahan hal baru di dunia pesantren, bahkan hal ini dilakukan oleh KH Hasyim Asyari saat menjadi santri. Kebiasaan ini ia lakukan agar sandal sang kiai tidak tercampur dengan sandal para santri.
Kebiasaan menata sandal ini KH Hasyim Asyari lakukan ketika ia nyantri di berbagai pesantren seperti Wonokoyo Probolinggo, Langitan Tuban, Kademangan Bangkalan dan pesantren siwalan sidoarjo.
Alhasil berkat masukan dan ta’dzimnya KH Asyari kepada guru-gurunya ia menjadi ulama kondang, ulama besar yang disegani oleh masyarakat. Barakah itu ada, mungkin saat menjadi santri, barakah tidak terasa, kapa hal itu dirasakan? Yakni ketika pulang ke masyarakat, barakah itu pasti ia rasakan.