Teladan Kedermawanan Imam Abu Hanifah

 Teladan Kedermawanan Imam Abu Hanifah

Serba Kesulitan, Tapi Ulama Dahulu Rajin Menulis (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Imam Abu Hanifah RA. adalah sahabat Rasulullah dan juga salah satu di antara empat Imam madzhab Islam ahlussunnah wal jama’ah yang menjadi rujukan dalam bidang fiqh.

Dikenal sebagai salah satu ulama yang memiliki segudang ilmu, dermawan serta mudah bergaul, Imam Abu Hanifah tidak pernah memusihi orang-orang yang membencinya.

Suatu ketika, Abdullah bin Mubarak pernah berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri.

“Wahai Imam Abu Abdillah,” kata Abdullah bin Mubarak.

“Alangkah jauhnya Imam Abu Hanifah dari ghibah. Aku tak pernah mendengarnya menyebutkan satu keburukan pun tentang musuhnya.”

“Imam Abu Hanifah itu cukup berakal sehingga tidak akan membiarkan kebaikannya lenyap karena ghibabnya,” jawab Sufyan Ats-Tsauri.

Begitulah, Imam Abu Hanifah memang pandai bergaul karena tidak suka bergunjing serta gemar mencukupi kebutuhan orang yang menarik simpatinya.

Sering ada orang lewat kemudian ikut duduk di majelisnya tanpa sengaja. Ketika orang itu hendak beranjak pergi, Imam Abu Hanifah segera menghampirinya dan bertanya tentang kebutuhannya.

“Wahai, Fulan,” kata Imam Abu Hanifah. Jika kau punya kebutuhan, sampaikanlah kepadaku.”

“Aku hanya butuh ongkos perjalanan,” kata si Fulan. “Aku adalah seorang Musafir dan kehabisan uang.”

“Baiklah, Wahai Fulan,” kata Imam Abu Hanifah.

“Aku telah melakukan perniagaan dan mendapat keuntungan dari itu. Tapi, aku yakin, keuntungan itu adalah karunia Allah yang seharusnya saya berikan padamu. Tunggulah beberapa saat. Aku akan mengambilkan untuk ongkos perjalananmu.”

Di lain waktu, ada orang yang datang menemui kepada Imam Abu Hanifah.

“Aku datang mengharapkan bantuanmu, wahai Imam Abu Hanifah,” kata si Fulan kepada Imam Abu Hanifah.

“Kesulitan apa yang sedang kau tanggung, wahai Fulan?” tanya Imam Abu Hanifah kepada si Fulan yang tampak lesu itu.

“Aku memiliki hutang begitu banyak,” kata si Fulan.

“Maukah engkau memberiku pekerjaan agar aku dapat membayar semua hutang-hutangku?”

“Aku sedang tidak ada pekerjaan yang bisa engkau lakukan,” kata Imam Abu Hanifah.

“Tetapi, Allah telah menitipkan karunianya kepadaku untuk aku berikan kepadamu. Barangkali, jumlahnya dapat engkau gunakan untuk melunasi hutang-butangmu. Kiranya, berapa besar hutang- hutangmu itu?”

“Seratus dirham, wahai Imam Abu Hanifah,” jawab si Fulan.

“Engkau dapat melunasinya hari ini juga atas izin Allah ta’ala,” kata Imam Abu Hanifah.

“Terima kasih, Wahai Imam Abu Hanifah. Engkau adalah Imam yang mulia hatinya,” kata si Fulan.

Demikianlah kisah kedermawanan Imam Abu Hanifah, seorang ahli fiqh yang mumpuni sekaligus seorang pedagang yang sukses dan dermawan.

Hampir setiap hari selalu bantuan yang disalurkannya untuk orang-orang yang membutuhkan.

Dan, Imam Abu Hanifah tidak pernah menolak untuk membantu orang-orang tersebut. Wallahu a’lamu bisshawab. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *