Meneladani 6 Prinsip Etika Hidup Nabi Muhammad
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kehidupan Nabi Muhammad penuh dengan pelajaran bagi mereka yang mencari bimbingan etika.
Almarhum ulama Iran Ayatullah Mohammad Reyshahri, dalam sebuah buku berjudul Sirah Nabi Terakhir, menunjukkan fitur-fitur utamanya. Berikut ini adalah enam prinsip yang dipatuhi Nabi Muhammad sepanjang hidupnya.
Prinsip pertama adalah bahwa semua perilaku Nabi selaras dengan akal. Di sini, intelektualitas tidak berarti kecerdasan melainkan lebih mengacu pada kekuatan untuk melindungi seseorang dari tindakan yang tidak pantas.
Imam Shadiq mengatakan bahwa Allah tidak mengutus seorang utusan kecuali kecerdasannya sempurna. Jika kita menemukan tempat akal dalam kehidupan Nabi, kita dapat mengatakan bahwa semua tindakannya telah sejalan dengan analisis rasional.
Prinsip kedua adalah berpegang teguh pada dan menghormati hak. Pada dasarnya, Al-Qur’an telah memberikan beberapa nama untuk dirinya sendiri dan pesan Nabi, salah satunya adalah “sidq” (kebenaran) dan yang lainnya adalah haqq (benar).
Oleh karena itu, tidak mungkin perilaku Nabi tidak didasarkan pada kebenaran. Haqq mengacu pada hal yang tetap dan benar. Faktanya, apa yang tetap benar dan konstan dari waktu ke waktu menjadi hak. Perilaku Nabi juga benar dan tetap.
Prinsip ketiga adalah mempromosikan keadilan. Dia mengacu pada sebuah ayat Al-Qur’an dan berkata, saya telah diperintahkan untuk memperlakukan Anda dengan adil.
Di tempat lain, dia mengatakan bahwa seseorang adalah yang paling disukai orang seperti yang dia sukai untuk dirinya sendiri.
Dasar keempat adalah menjadi baik dan baik hati. Kebaikan mencakup banyak hal seperti memberi makan dan berpakaian orang lain, membantu keuangan orang lain dan lain-lain.
Nabi Muhammad sangat pemaaf sehingga diturunkan sebuah ayat yang menyatakan bahwa jangan memberi terlalu banyak dan simpan sebagian dari harta Anda, mungkin besok pagi orang miskin lain akan melakukannya.
Ditemukan kepada siapa Anda perlu membayar sesuatu. Tindakan Nabi juga baik, dan misalnya, jika dia menggunakan pedang, dia adalah seorang pendekar pedang yang patut dicontoh. Imam Ali mengatakan bahwa seseorang yang berperang bersama Nabi dianggap berani dalam perang.
Prinsip kelima adalah sesuai dengan norma. Dia tidak berperilaku di luar norma-norma umum masyarakat. Dia makan makanan yang sama dengan orang lain.
Ketaatannya pada norma dalam berpakaian dan berperilaku sedemikian rupa sehingga sulit bagi pendatang baru di Madinah untuk membedakannya dengan para sahabatnya. Dengan kata lain, dia sopan dan arti utama kesantunan adalah mematuhi norma umum.
Prinsip keenam adalah kesederhanaan. Kesederhanaan berarti memiliki kehidupan biasa yang sederhana tanpa biaya tinggi. Dia tidak tertarik pada kemewahan dan upacara.
Dia biasa berbicara dan bermain dengan anak-anak dan secara pribadi menyambut para tamu. Semua ini adalah tanda-tanda kesederhanaan dalam kehidupan Nabi. []