Ta’zir, Budaya Pesantren Pembentuk Kedisiplinan Santri

 Ta’zir, Budaya Pesantren Pembentuk Kedisiplinan Santri

Sejarah Islam Nusantara dan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran santri dan pesantren. Keduanya menjadi instrumen penting penyebaran agama. Pada titik inilah, Islam mulai menjadi bagian dari dinamika agama di Nusantara, yang terkait dengan gerak misi Buddha dan Hindu di Jawa dan Sumatra. Santri mulai mencatatkan sejarahnya ketika Walisongo menjadi juru dakwah dengan strategi damai.

Walisongo, yang merupakan misi keagamaan dan politik Ottoman kemudian ber–jejaring dengan ulama – ulama dari Campa dan India. Inilah yang menjadi model transformasi Islam ke seluruh Nusantara. Silang koneksi Ottoman, Arab, Tiongkok, India, dan Nusantara jadi bagian dari sejarah politik keagamaan di negeri ini. Hingga, proses lahirnya Islam Indonesia yang bertahan hingga kini dengan segenap variannya.

Santri memiliki hubungan yang khas dan melekat tanpa dibatasi waktu terhadap kiainya, dan begitu pula kiai terhadap santri. Tanpa ber-maksud memandang sebelah mata pada sistem pendidikan secara umum, atau tata-pergaulan dalam dunia pendidikan formal khususnya, dunia pergaulan interpersonal dalam pesantren lebih kekal. Dalam pendidikan formal, seorang murid dapat mencapai tingkat pendidikan paling tinggi dan oleh dengan demikian akan melebihi ketinggian tingkat status dan gelar akademik (mantan) gurunya; dalam kondisi seperti itu, biasanya yang muncul ialah bahwa hubungan antara (mantan) guru-murid ini berubah. Guru yang menyadari perubahan status akademik (mantan) muridnya akan menunjukkan sikap merendah dan sikap sebaliknya terjadi pada (mantan) muridnya.

Pertemuan terjadi di tengah-tengah, meskipun tidak secara tepat, yakni kini (mantan) murid dan guru itu sejajar, sejajar dalam hak berpendapat, bahkan dalam cara menyam-paikan pendapatnya itu, atau lebih tepatnya dalam sikap pergaulan antara mereka. Gejala ini tidak ditemukan pada dunia pesantren. Sekali sese-orang menjadi santri dan yang lain adalah kiai, maka selamanya mereka akan berhubungan dengan cara itu dan dalam kerangka sistem pergaulan yang sama.

Perbedaan kultur pendidikan di dua lembaga pendidikan inilah yang penulis jadikan sebagai gagasan awal melakukan penelitian ini. Meskipun kultur pendidikannya berbeda, namun dalam satu hal, memandang penting kedisiplinan.

Ta’zir dan disiplin di pesantren mempunyai korelasi penting dalam menopang keberhasilan santri dalam menimba ilmu dan wawasan keislaman. Konsep Ta’zir dalam kamus fikih, kata ta`zir merupakan bentuk masdar dari kata az-zara yang berarti menolak, sedangkan menurut istilah hukum syara’ berarti pencegahan dan pengajaran terhadap tindak pidana yang tidak mempunyai hukum had, kafarat, dan qishas.

Ta’zir adalah suatu per-buatan dimana seseorang secara sadar dan secara sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk memperbaiki atau melind-ungi dirinya dari kelemahan jasmani dan rohani, sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran.

Sementara  ta’zir oleh masyarakat Indonesia dipahami sebagai hukuman. Hukuman yang dimaksud merupakan hukuman yang bersifat mendidik, karena itu hukuman tersebut harus mengandung unsur-unsur pendidikan baik diputuskan oleh hakim maupun yang dilakukan orang tua atau para pendidik terhadap anaknya.

Dalam hal ini tentu berbeda antara hukuman dari Allah kepada hambanya dan hukuman khusus yang dikeluarkan negara kepada rakyatnya dengan hukuman yang diterapkan orang tua dalam keluarga dan para pendidik dalam dunia pendidikan. Meskipun baik hudud atau ta’zir, keduanya sama-sama bertujuan untuk memberi pelajaran baik bagi si pelaku ataupun orang lain, semua itu merupakan cara yang tegas dan cepat untuk memperbaikinya. Sedangkan ta’zir dalam istilah psikologi adalah cara yang digunakan pada waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh seseorang yang dengan sengaja menjatuhkan orang lain. Secara umum disepakati bahwa hukuman adalah ketidaknyamanan (suasana tidak menyenangkan) dan perlakuan yang buruk atau jelek. (*)

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *