Tarekat Rifa’iyyah di Nusantara, Ginanjar Sya’ban: Tulisan Syaikh Yusuf Makassar yang Paling Tua
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pakar filologi Islam, Ahmad Ginanjar Sya’ban menyebut perkembangan tarekat Rifa’iyyah di Nusantara terjadi dalam beberapa fase.
“Di Nusantara, sejarah perkembangan tarekat Rifa’iyyah terjadi dalam beberapa fase dan babakan,” ungkap Ginanjar dalam ulasannya yang diunggah melalui akun Facebook pribadinya dikutip Kamis (11/7/2024).
Menurut Ginanjar, salah satu menuskrip yang ditulis oleh Syaikh Yusuf Makassar di pertengahan abad ke-17 M disebutnya yang paling tua, sepanjang sepengetahuannya.
“Sepanjang yang saya ketahui, manuskrip silsilah tarekat Rifa’iyyah yang ditulis dan diriwayatkan oleh Syaikh Yusuf Makassar ini adalah yang paling tua yang ditemukan,” jelasnya.
Ginanjar menduga Syaikh Yusuf Makassar telah menerima kredensi (ijâzah) tarekat Rifa’iyyah dari al-Raniri saat keduanya berjumpa di India di tahun 1650-an, sebelum Syaikh Yusuf Makassar menginjakkan kakinya di Hijaz.
“Syaikh Yusuf kemudian menuliskan ulang pohon silsilah tarekat tersebut saat ia bermukim di Madinah pada tahun 1080 Hijri (1669 Masehi), di masa pembelajarannya kepada Syaikh Ibrâhîm al-Kûrânî (w. 1690),” ungkapnya.
Dirinya menyebut pada pertengahan abad ke-18 M, tarekat Rifa’iyyah tercatat dikembangkan di wilayah Kesultanan Banten oleh Sultan Abu al-Nashr Muhammad Arif Zainul Asyiqin. Dimana ia memerintah sepanjang tahun 1753–1773.
Begitupun dengan Syaikh Abdullah b. Abdul Qahhar Banten yang aktif sepanjang tahun 1740 hingga 1780-an disebutnya juga ikut menyebarkan tarekat Rifa’iyyah.
“Sanad tarekat Rifa’iyyah keduanya bersumber dari Syaikh Mûsâ b. ‘Abdullâh al-Rifâ’î al-Hamawî,” jelasnya.
Dilansir dari Republika, tarekat Rifa’iyah, khususnya, pertama kali muncul dan berkembang luas di wilayah Irak bagian selatan.
Pendirinya adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah, Irak bagian selatan, pada 500 H (1106 M). Sedangkan, sumber lain menyebutkan, ia lahir pada 512 H (1118 M).[]