Tantangan bagi Orang Awam untuk Masuk Surga

 Tantangan bagi Orang Awam untuk Masuk Surga

Ilustrasi/Hidayatuna

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Setiap zaman pasti mempunyai tantangannya masing-masing dalam aspek keagamaan contohnya pada zaman tiga abad pertama dalam Islam yang mana tantangannya adalah maraknya Mazhab Muktazilah.

Pada zaman itu sampai menguasai pemerintahaan dan bidang lain dalam kehidupan sosial agama masyarakat.

Maka pada saat itu sangat susah untuk menjadi Ahli Sunnah karena tekanan kekuasaan pada zaman itu walaupun sedikit demi sedikit Ahli Sunnah bisa membalikan keadaan sampai akhirnya sekarang tidak tersisa penganut Muktazilah kecuali hanya dalam kitab-kitab saja.

Adapun zaman sekarang menurut saya tantangan orang awam dalam bidang agama adalah keterbukaan informasi yang mana dengan adanya internet maka semua pengetahuan tentang agama akan sangat mudah untuk diakses mulai dari tulisan ringan semacam ini, MP3, Video sampai kitab terjemahan dalam bentuk PDF.

Akan tetapi masalahnya adalah apa yg ada dalam internet tidak semuanya benar disana ada ada Wahabi, Syi’ah, Wujudi sampai Liberal & ironisnya orang awam tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan mana yg benar dan mana yg salah dari ajaran-ajaran ini apalagi andil Ahli Sunnah dalam Internernet tidak sebanyak andil kelompok yg lain.

Artinya ketika kita menulis sebuah permasalahan dalam agama maka yg muncul paling atas adalah para agamawan selain Ahli Sunnah yg mana hal ini akan menjadi sebab terjerumusnya banyak orang awam ke Mazhab-mazhab selain ahli Sunnah.

Apalagi aksesoris atau atribut keagamaan yg dipakai oleh mereka yg bukan Ahli Sunnah  mulai dari Rida’, Sorban, Jubah sampai jenggot lebih lengkap dari pada agamawan yg berasal dari Ahli Sunnah.

Tidak melebih-lebihkan jika saya katakan untuk menjadi seorang Ahli Sunnah pada zaman ini tidak semudah pada zaman dahulu yang mana ulama-ulama zaman dahulu lebih banyak dan lebih berkualitas dari pada zaman sekarang.

Yang mana saya sering berjumpa seorang yg dianggap agamawan mempunyai skill yg sangat rendah dalam bidang agama atau lebih dekat ke orang yg baru masuk Islam daripada seorang agamwan! yg mana lagi-lagi orang awam akan dirugikan karena mereka tidak mempunyai skill yg memadai untuk mendeteksinya.

Begitu juga Syubhat-Syubhat pada zaman sekarang bisa sampai kepada orang awam kapanpun dan di manapun melewati internet  berbeda pada zaman dahulu yg mana Syubhat sedikit susah sampai ke telinga orang awam karena keterbatasan technologi pada zaman dahulu.

Memang seseorang yg bersyahadat Laa ilaha illah wa Muhammad Rosulullah dengan meyakininya akan masuk Surga walaupun dia bukan seorang ahli sunnah akan tetapi masalahnya adalah “kapan mereka masuk surga?” karena jelas berbeda waktu masuk surga antara  Ahli Bid’ah dan Ahli Sunnah jika tidak demikian maka tidak akan ada beda antara keduanya.

pertanyaan yg menurut saya perlu diletakan adalah:

“Apakah tugas para agamawan pada saat ini adalah memborbardir interternet dengan ajaran-ajaran Ahli Sunnah atau meningkatkan skill mereka agar lebih kompeten dalam bidang keagamaan atau memakai atribut yg lengkap agar orang awam tidak tertipu atau hal yg lebih dari semua itu kita bebankan kepada para agamawan?”

Atau kita lebih menekan orang awam untuk menggunkanan akal, waktu & dana mereka untuk lebih belajar tentang islam agar bisa mendeteksi kesesatan sebuah ajaran walaupun tanpa bantuan para agamawan?saya rasa hal ini perlu didiskusikan lagi dengan lebih mendalam karena berimpact kepada “siapa yg mesti disalahkan dalam banyaknya kesalahan pada orang awam di akhirat kelak?”

Wallahu a’lam. []

Habib Ali Baqir al-Saqqaf

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *