Tanggapan Iran Soal Normalisasi Hubungan Maroko-Israel
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Kasus normalisasi hubungan antara Maroko dengan Israel mendapat tanggapan serius. Hal ini datang dari penasihat pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yakni Ali Akbar Velayati.
Dalam keterangannya dilansir dari AFP, Velayati mengaku mengutuk keras normalisasi Maroko-Israel. Dirinya menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap Islam.
Bagaimana tidak, lanjut dia, ketika Israel dengan semena-mena melakukan represi terhadap Islam di Palestina. Maroko yang merupakan negara dengan mayoritas Islam justru menjalin kerjasama dengan Israel.
“Kesepakatan segitiga antara Amerika. Maroko dan rezim Zionis dilakukan sebagai imbalan atas pengkhianatan Maroko terhadap Islam (dan) perjuangan Palestina.” Demikian diungkap Velayati dikutip Senin (14/12/2020).
Dirinya menambahka bahwa apa yang dilakukan Maroko tak ubahnya menjual kehormatan Muslim kepada kelompok Zionisme internasional. Untuk itu dirinya mengaku mengutuk keras soal normalisai Maroko-Israel.
Dia menambahkan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel “bukanlah hal baru”. Kerajaan Maroko telah mempertahankan kantor penghubung di Israel di masa lalu.
Maroko mengikuti Uni Emirat Arab. Bahrain dan Sudan dalam perundingan dengan Israel yang disebut pemerintahan Trump saat dengan istilah Abraham Accords.
Velayati mengatakan mereka yang melakukan normalisasi dengan Israel akan “menyaksikan pemberontakan rakyat dalam waktu yang tidak terlalu lama”. Sebab para pemimpin mereka yang “bergantung, tunduk dan otoriter” akan dibuka kedoknya.
Sebagai informasi, Kerajaan Maroko pada Kamis (10/12) lalu menjadi negara Arab keempat di tahun ini yang menormalkan hubungan dengan Israel. Dalam kesepakatan atau perjanjian bernama Abraham Accord dengan perantara Amerika Serikat (AS).
Sebagai gantinya, Washington memenuhi tujuan Rabat yang telah berusia puluhan tahun dengan mengakui kedaulatannya atas Sahara Barat yang disengketakan.