Tajdiid dalam Ilmu Kalam

 Tajdiid dalam Ilmu Kalam

Ilmu dan Wirid, Mana yang Lebih Utama? (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Banyak orang pada masa ini mengatakan bahwa Ilmu Kalam itu sudah matang bahkan gosong ( terbakar) karena tidak ada yang bisa ditambahkan lagi. Saya yakin orang yang mengatakan semacam ini maka dia tidak tahu Haqiqat daripada Ilmu Kalam. Jika kita melihat objek dari Ilmu Kalam itu sendiri yaitu الموجود من حيث إنه موصل إلى إثبات وجود الله وصفاته  maka pembahasan Ilmu Kalam tidak akan pernah habis, karena akan selalu terbaharui dengan adanya penemuan-penemuan ilmiyah yang baru, munculnya mazhab-mazhab filsafat yang baru dll. Bahkan Ilmu Kalam sampai sekarang masih berkembang dan berevolusi dari aspek-aspek yang saya sebutkan di atas sama ada dari aspek pembuktian aqidah ahli sunnah atau membatalkan selain aqidah ahli sunnah.

Dengan munculnya mazhab-mazhab ideologi yang baru kemudian dijadikan dasar kehidupan manusia atau bahkan sebuah negara atau munculnya kembali mazhab-mazhab ahli bid’ah yang sudah lama pudar seperti Mujassimah dan Syi’ah. Maka pada saat inilah semestinya Ilmu Kalam akan bersinar serta menunjukan taringnya karena memang pada keadaan inilah Ilmu Kalam sangat-sangat diperlukan. Begitu pula mazahb-mazhab tersebut adalah sebuah ideologi yang mana seharusnya dilawan dengan Ideologi juga bukan dengan Ilmu Fiqih, Ilmu Hadist atau bahkan dengan Ilmu Nahwu karena tidak akan compatible.

Diantara aspek pembaharuan Ilmu Kalam adalah munculnya masalah-masalah baru pada zaman ini dalam ranah ideologi seperti Demokrasi, Komunis, Kapitalis dll. Yang mana ideologi-ideologi semacam ini bisa dibahas dalam kitab-kitab Ilmu Kalam dari aspek apakah sesuai dengan Islam atau tidak dengan makna bertentangan atau tidak dengan kaedah-kaedah umum Ahli Sunnah seperti dibahasnya kaedah Tahsin wa Taqbih Aqliyaan. Karena itu beberapa Mutakallimin Zaman ini seperti guru saya Syeh Saeed Fodah dalam beberapa kelasnya membahas hal-hal semacam ini dalam kelas Ilmu Kalam level tinggi. Akan tetapi pembahasannya terlepas dari semua pengaruh Politik karena beliau membahas murni dari aspek keilmuan saja.

Begitu pula diantara aspek pembaharuan Ilmu Kalam yang saya lihat dari cara pembelajaran sama ada dari kitabnya atau cara penyampain karena berubahnya perilaku manusia pada abad 21 ini. Yang mana dulu pengajaran mesti menggunakan kalimat-kalimat yang susah, kitab-kitab arab dan mesti offline. Akan tetapi sekarang mungkin bisa dengan cara-cara yang lebih kekinian seperti dengan cara Online, kongkow di kedai-kedai, dengan contoh-contoh yang mudah dipahami. Seperti Naruto, One Piece dan Marvel atau bahkan sambil berlibur dipantai agar Ilmu Kalam lebih membumi lagi dan tidak termarginalkan seperti sekarang.

Habib Ali Baqir al-Saqqaf

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *